Rahasia Dibalik Penyebutan Selawe Seket dan Suwidak

oleh -17,841 kali dibaca
Foto: Percakapan tentang alasan penyebutan angka selawe, seket dan suwidak. (Nila Niswatul Chusna/ISKNEWS.COM)

Kudus, ISKNEWS.COM – Masyarakat jawa dikenal sebagai orang yang filosofis. Bahkan berbagai penyebutan dalam bahasa jawa, sebenarnya memiliki filosofi kehidupan yang mendalam. Salah satunya adalah penyebutan angka dalam bahasa jawa, yang terbilang unik dan syarat akan filosofi kehidupan.

“Keunikan penyebutan angka dalam bahasa jawa, terletak pada angka belasan yang disebut welas, angka dua puluh lima yang disebut selawe, lima puluh yang disebut seket dan enam puluh yang disebut suwidak,” kata Reni Anggraini, Selasa (22-05-2018).

Reni sapaan akrabnya mengungkapkan, angka belasan dalam bahasa indonesia disebut sebelas, dua belas, tiga belas dan seterusnya. Namun dalam bahasa jawa disebut sewelas, rolas, telulas hingga songolas. Penyebutan ini memiliki filosofi bahwa pada usia 11 – 19 adalah masa berseminya rasa welas asih (belas kasihan -red) pada jiwa seseorang.

Untuk angka 21 – 29 dalam bahasa jawa disebut selikur, rorikur, telulikur hingga songo likur. Satuan likur berasal dari kata lingguh kursi, yang memiliki makna pada masa itu umumnya manusia mendapatkan tempat duduknya. Baik berupa pekerjaan, kedudukan maupun kehidupan rumah tangganya.

“Dari angka likuran yang unik adalah penyebutan angka dua puluh lima yang tidak disebut dengan limang likur. Namun disebut dengan selawe. Selawe adalah seneng-senenge wong lanang lan wadon atau puncak asmara antara laki-laki dan perempuan yang ditendai dengan pernikahan,” jelasnya.

Selanjutnya yang menarik dan unik adalah penyebutan angka 50 dan 60 yang disebut dengan seket dan suwidak. Jika angka puluhan disebut sepuluh, rong puloh, telung puloh, dan seterusnya. Namun mengapa angka 50 disebut seket dan 60 disebut suwidak?

Reni yang merupakan Sarjana Pendidikan Bahasa Jawa menjelaskan bahwa seket memiliki arti seneng kethunan. Menurutnya pada usia 50, orang akan terbiasa menutupi rambut di kepalanya yang telah beruban atau kebotakan.

“Kethu atau kopiah diyakini bermakna sebagai pengingat manusia untuk lebih bisa taat beribadah. Sedangkan angka enam puluh atau suwidak bermakna sejatine wes wayahe tindak,” terangnya.

Imbuhnya, “Artinya pada usia tersebut manusia sudah memasuki usia yang pantas untuk menghadap Tuhan. Pada usia tersebut manusia diingatkan untuk selalu mengingat Tuhannya. Karena perihal kematian adalah kehendak yang Maha Kuasa.” (NNC/WH)

KOMENTAR SEDULUR ISK :