Asal Usul Dukuh Barankiringan, Samirejo

oleh -3,315 kali dibaca
Foto: Masjid Jami' Manarul Huda, di Dukuh Barankiringan, Desa Samirejo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Jumat (27-04-2018). (Istimewa/ISKNEWS.COM)

Kudus, ISKNEWS.COM – Di balik kemegahan bangunan Masjid Jami’ Manarul Huda yang ada di Dukuh Baran Kiringan, Desa Samirejo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus ini tidak terlepas dari peran Kyai Udan Panas yang menjadi tokoh cikal bakal daerah tersebut.

Menelisik lebih dalam sosok Kyai Abdullah ‘Asyi bin Abdisyakur atau yang lebih dikenal dengan nama Kyai Udan Panas ini, dipercaya sebagai tokoh cikal bakal daerah Baran. Dia adalah orang pertama yang melakukan babat alas dan mensyiarkan agama Islam di daerah tersebut. Dahulu, daerah Baran dan kiringan merupakan dua daerah yang berbeda. Daerah Baran ada terlebih dahulu, lalu baru diikuti munculnya daerah Kiringan.

Kyai Udan Panas dikenak sebagai sosok yang tanpa kenal lelah, terik matahari dan derasnya guyuran air hujan, seperti tidak dihiraukannya. Dirinya tetap saja berjuang melakukan dakwah Islam di daerah Baran. Besarnya perjuangan Kyai Abdullah ‘Asiq bin Abdisyakur tersebut, menjadikannya mendapat julukan Kyai Udan Panas oleh masyarakat.

Tak jauh dari dukuh Baran, dahulu ada sebuah daerah yang bernama Kecepak. Pada waktu itu, daerah Kecepak dikenal sebagai daerah yang damai dan tentram. Akan tetapi suasana tersebut berubah setelah kedatangan orang-orang yang tidak bertanggungjawab.

Pencurian, penjarahan dan pembunuhan menjadi sesuatu teror yang menghantui masyarakat Kecepak setiap harinya. Tidak tahan dengan teror itu, membuat masyarakatnya berbondong-bondong mengungsi ke berbagai daerah di sekitar Kecepak. Salah satunya ke daerah Baran.

“Besarnya karisma Kyai Udan Panas di mata masyarakat Baran dan sekitarnya, membuat warga Kecepak yang mengungsi ke daerah tersebut, tidak berani hidup satu lingkup bersama Kyai Udan Panas. Mereka memilih mendirikan permukiman di sebelah kiri daerah Baran. Karena mereka tinggal disebelah kiri daerah Baran, maka masyarakat Baran memanggilnya dengan sebutan orang Kiringan atau disebelah kiri,” jelas Kepala Desa Samirejo, Awang Hendra Kusuma, Jumat (27-04-2018).

Hal ini dibuktikan dengan keberadaan rumah kuno masyarakat Kiringan yang menghadap ke selatan. Seperti membelakangi daerah Baran. Menurut Awang, sapaan karibnya, setelah adanya sistem perdukuhan, daerah Baran dan Kiringan digabung menjadi satu dukuh yang bernama Barankiringan. Namun sampai saat ini, masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa daerah baran dan kiringan adalah dua daerah yang berbeda. (NNC/WH)

KOMENTAR SEDULUR ISK :