Banyak Temuan Aktif Fragmen Fosil  Baru, Cakupan Area Situs Patiayam Di Perluas

oleh -1,681 kali dibaca
Peta cakupan situs Patiayam (Foto: Dok Museum Purbakala Patiayam)

Kudus, isknews.com – Situs Purbakala Patiayam yang merupakan bagian dari Gunung Muria dengan luasan selama ini sekitar 2.902,2 hektare yang meliputi wilayah Kudus dan beberapa kecamatan di Pati, kini wilayah observasinya akan di lakukan kajian untuk di perluas cakupan areanya.

Plt. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Rahmah Hariyanti saat ditemui sejumlah awak media di kantor dinasnya mengatakan jika pihaknya akan melakukan perluasan Situs Patiayam ke tiga desa, yakni Desa Klaling, Gondoharum dan Tanjungrejo. Perluasan situs ini didasari adanya penemuan 1550 fragmen, 10 spesies dan 40 artefak pada tahun 2018 lalu. Berdasarkan hasil rekontrsuksi terhadap 200 fragmen tersbut berasal dari hewan gajah, harimau, kerbau, banteng, rusa, kudanil, babi, duboisia banteng, ikan hiu kura-kura dan tonasidae.

“Diperkuat dengan penemuan baru di bulan September tahun lalu, dimana hasil ekskavasi sebagai tindakan penyelamatan fosil di zona penyangga Situs Patiayam dan tim berhasil menemukan 29 fragmen binatang seperti gajah, badak dan rusa yang hingga kini masih dalam tahap identifikasi oleh Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran. Dengan adanya temuan aktif ini sehingga perlu diadakan perluasan,” jelasnya.

Dengan adanya penemuan ini pihaknya meyakini jika ketiga desa di sekitar zona inti Situs Patiayam itu, banyak tersimpan fosil-fosil manusia, tumbuhan dan binatang purbakala. Diterangkannya, hingga kini zona inti dari Situs Patiayam ada di Desa Terban, Kecamatan Jekulo yang terdapat 20 titik penggalian. Ditahun 2019 ini, rencanaya pihaknya akan menambahkan menjadi 50 titik yang tersebar di Desa Terban, Klaling, Tanjungrejo dan Gondoharum.

“Dengan adanya penambahan zona penyangga Situs Patiayam, kami berharap bisa menemukan lebih banyak fosil untuk menambah pembendaharaan koleksi Museum Patiayam dan rekonstruksi hewan purba bisa lebih utuh. Selain itu, dengan ditetapkannya daerah tersebut sebagai Situs Patiayam, maka proses penggalian dan penemuan fosil akan lebih mudah, tim penggalian tidak perlu lagi direpotkan dengan perizinan dan lain-lain. Untuk wacana perluasan situs ini juga sudah kami sampaikan dan disetujui oleh masyarakat,” tegasnya dihadapan belasan awak media.

Kabid Kebudayaan Disbudpar, Sutiono melalui Kasie Sejarah Permusiuman dan Kepurbakalaan, RR. Lilik Ngesti Widyasuryani, mengungkapkan jika Situs Patiayam sangat potensial untuk dikembangkan sebagai objek wisata arkeologi dan ilmu lain yang terkait dengan jejak sejarah peradaban manusia. Menurutnya, koleksi fosil di Situs Patiayam tidak kalah dengan koleksi yang ada di BPSMP Sangiran.

“Dahulu daerah di Situs Patiayam merupakan selat Muria yang memisahkan Pulau Muria dengan Pulau Jawa. Sehingga fosil yang ditemukan di daerah tersebut sangat beragam dan lengkap. Tidak hanya fosil biota laut, fosil hewan dan tumbuhan darat dan rawa-rawa juga ada. Bahkan di sana juga ditemukan fragmen tengkorak dan gigi premolar manusia purba Homo Erectus di tahun 1978,” jelas dia.

Tak hanya itu, keunggulan dari situs satu ini adalah fosil-fosil yang ada ditemukan dalam keadaan utuh. Timbunan abu vulkanik dan daerah sekitar yang jauh dari sungai membuat proses pembentukan fosil terjadi dengan baik serta tidak hanyut terbawa erosi.

“Dengan dukungan penuh dari Bupati Kudus dan masyarakat, kami berharap bisa mengembangkan Situs Patiayam dengan lebih maksimal. Kami berharap Situs Patiayam bisa dilirik dan bisa setara sebagaimana Situs Sangiran. Pemanfaatan dan pengembangan situs Patiayam diharapkan dapat menjadi rujukan penelitian purbakala dan destinasi wisata bagi masyarakat,” pungkasnya. (YM/YM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :

No More Posts Available.

No more pages to load.