Bina Usaha Tingkatkan Mutu Dan Higienitas Produksi Krupuk Piji

oleh -891 kali dibaca

Kudus, isknews.com – Perajin Krupuk dan industri rumahan makanan camilan dalam skala UKM (Usaha kecil menengah) di wilayah Kabupaten Kudus, adalah tidak sedikit jumlahnya. Namun karena kapasitasnya masih tradisional, maka dalam beberapa hal masih perlu dilakukan pendampingan. utamanya pada higienitas dan kualitas produk.

Tujuannya, agar produk dari UKM tersebut menjadi lebih higienis sesuai dengan aturan dari Dinas Kesehatan dan peraturan makanan olahan.

Begitu pula para pengusaha krupuk dari Desa Piji Kecamatan Dawe Kudus, para pengusaha krupuk yang tergabung dalam kelompok Siwalan ini memiliki semangat dan kemandirian yang patut mendapatkan apresiasi.

Namun masih ada beberapa hal yang perlu dilakukan sehingga produk akan menjadi lebih baik secara kualitas.

Pada proses penjemuran yang dilakukan di lantai halaman rumah dan hanya dihamparkan di bawah, rawan diinjak oleh unggas seperti ayam dan bebek untuk itu kepada mereka kami arahkan agar membuat para-para sehingga posisi berada di atas tanah.

Menurut Murdiyono, Kasie Keamanan Pangan Bidang Ketahanan Pangan Kabupaten Kudus, yang siang itu bersama stafnya mengunjungi para pengusaha Krupuk Piji dalam rangka melakukan pembinaan usaha bagi ketahanan pangan di Kudus.

“ Kita melihat, kerupuk-kerupuk yang selesai dicetak kan dijemurnya di lantai bawah. Kalau ada pagar di sekeliling tidak apa-apa. Tapi di halaman rumah itu kondisinya terbuka. Sehingga rawan menjadi tempat berkeliaran ayam atau bebek ,” katanya, Senin (18/09/7).

Kaki ayam, lanjut Murdiyono, kalau sampai menginjak kerupuk-kerupuk itu selain menjadi kotor juga menjadi tidak higienis. Hal ini menjadian perhatian tersendiri bagi Dinas Pertanian dan Pangan.

Oleh karenanya kami sebagai instansi yang membimbing UKM dari segi keamanan pangan merekomendasikan untuk membuat para-para sebagai tempat untuk menjemur kerupuk tersebut. Para-para ini bisa terbuat dari potongan-potongan bambu sehingga harganya lebih murah.

“ Kelompok Siwalan ini sudah bagus, kita mendampingi agar produknya lebih higienis sehingga mendapatkan PIRT (surat keterangan makanan olahan) dari Dinas kesehatan. Maka kualitasnya makin meningkat. Efeknya apabila ditambah kemasan yang baik maka harga juga bisa bertambah ,” tuturnya.

Sementara itu Turaichan, ketua kelompok Siwalan. merasa senamg dengan adanya bimbingan pengolahan dari instansi pengampu ketahanan pangan di Kudus ini, ” kami bisa meminta informasi tentang bahan-bahan yang diperbolehkan dan dilarang oleh pemerintah,” katanya.

“ Produk kami ini adalah usaha turun temurun dari sebelumnya, kini kami bisa lebih tahu bahan apa saja yang sekarang tidak diperbolehkan dan dilarang pemerintah. Kami ingin bekerja dengan baik dan rejeki juga berkah untuk keluarga. Jangan sampai produk kami, karena ketidaktahuan pengetahuan kami malah mencelakakan orang lain ,” ucap Turaichan didampingi istrinya.

Turaichan mengungkapkan bahwa setiap hari dirinya menghabiskan bahan baku tepung tapioka yang dibelinya dari pati sebanyak 1,5 kuintal. Kerupuk dijual kondisi mentah setelah dijemur dengan pemasaran sampai Demak, Semarang dan Jepara melalui pengepul.

Para perajin Kerupuk ini diberikan saran agar membuat kreasi kerupuk dari tepung mocaf dan kemasan lebih baik untuk pemasaran kelas menengah.

“ Kalau musim hujan biasanya kami menggunakan oven. Sedangkan untuk penjemuran, kami siap melaksanakan arahan dari Dinas Pertanian dan Pangan. Sebab kalau hanya dari bambu-bambu, disini banyak, mudah dan murah,” ujarnya. (YM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :