Cegah Serangan Hama Tikus Petani Bulung Cangkring Pagari Sawah Dengan Plastik Dan Aliran Listrik

oleh -1,114 kali dibaca

KUDUS, isknews.com – Petani di Desa Bulung Cangkring, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, memagari lahan sawahnya dengan menggunakan plastik dan kawat beraliran listrik, untuk mencegah serangan hama tikus. Hal itu umumnya mulai dilakukan para petani, ketika tanaman padi mulai berbuah, atau usia dua bulan lebih.
Zamjuri, (70 tahun), petani penggarap Desa Bulung Cangkring, yang ditemui isknews.com, Minggu (27/12), saat menunggui lahan sawah garapannya, yang letaknya di jalan tembus Kudus – Pati, mengatakan hal itu. Menurut dia, pencegahan hama tikus dengan menggunakan lembaran plastik dan bentangan kawat yang dialiri listrik, sudah dilakukan bertahun-tahun oleh petani, dan hasilnya bisa melindungi tanaman padi dari serangan hama pengerat itu.
“Plastik dan kawat listrik ini, dipasang sejak mulai tanaman padi berbuah dan sebagian sudah menguning, atau kalau orang dusun menamakan sudah semeblak.”
Lahan sawah yang dikerjakan Zamjuri, adalah milik warga Desa Bulung Cangring. Setiap hari dia “nglajo” dari tempat tinggalnya di Desa Gadu, RT-02/RW-04, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, yang berjarak sekitar 2 kilometer. Lahan sawah yang disewanya seluas empat kotak, berukuran 40 x 500 m, atau sekitar 0,25 hektar, dari puluhan hektar lahan sawah yang berada di sepanjang jalan tembus, yang sejauh mata memandang, semuanya sudah berpagar plastik berwarna hitam.
Memang plastik yang dibutuhkan untuk memerangi hama tikus itu, harus yang pilihan, yakni selain tebal, juga berwarna hitam, tidak tembus pandang. Harganya pun cukup mahal, dengan ukuran lebar 90 meter, setiap meternya Rp 40 ribu. Sehingga kalau luas lahan sawah yang harus dipagari 40 x 500 meter, beaya yang dihabiskan untuk pengadaan plastik itu, mencapai Rp 800 ribu.
Untuk kawat listrik, membelinya sukup sekali, dan bisa digunakan sampai tiga kali musim tanam, namun pada saat awal tanam, yakni pengolahan lahan, sampai dengan tandur, kawat tersebut dilepas. Untuk menandai adanya aliran listrik, pada setiap sudut lahan sawah dipasangi lampu bohlam, dan sebagian lampu neon, yang pada malam hari dinyalakan.
“Sumber aliran listrik menyalur dari Desa Gadu, melalui tiang-tiang bambu, di sawah yang terdekat dengan desa, seterusnya disambung-sambung di sawah yang membutuhkan,” tutur Zamjuri. (DM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :