Dilematisnya Orang Tua, Ajak Anak Salat Tarawih Ke Masjid

oleh -1,104 kali dibaca
Foto: Anak-anak yang tengah melaksanakan salat tarawih di sebuah Masjid di Desa Jati Kulon, Jumat (19-05-2018). (Nila Niswatul Chusna/ISKNEWS.COM)

Kudus, ISKNEWS.COM – Salat tarawih menjadi ibadah sunnah yang hanya dijumpai pada bulan ramadhan. Di Indonesia, salat tarawih sudah menjadi ibadah yang membudaya di masyarakat, begitupun dengan masyarakat Kudus.

Saat bulan ramadhan tiba, Masjid dan Mushola selalu dipenuhi dengan jamaah salat tarawih. Tidak hanya orang dewasa dan lansia, anak-anak juga tumpah ruah memadati masjid dan mushola untuk melaksanakan salat tarawih.

Diungkapkan oleh Mafulla (45), bulan ramadhan banyak digunakan orang tua untuk menanamkan nilai-nilai agama pada anaknya, dari ibadah puasa, salat hingga tadarus Al Qur’an. Salah satunya menumbuhkan jiwa cinta masjid pada anak, melalui kegiatan salat tarawih berjamaah.

Hal yang selama ini menjadi kendala bagi orang tua yang mengajak anaknya salat tarawih ke masjid, ketika anaknya rewel hingga menggangu jamaah yang tengah menjalankan salat. Tak jarang, anak tersebut akan di nasehati bahkan cenderung dimarahi untuk tidak rewel dan mengganggu.

Diakui oleh Ula, sapaan akrabnya, jika dirinya merasa dilematis saat mengajak anaknya yang masih kecil ke Masjid. Saat mengajak anaknya ke masjid, muncul rasa was-was jika nantinya anaknya rewel hingga mengganggu kekhusyu’an jamaah yang tengah melaksanakan salat.

“Di satu sisi, saya memiliki tujuan mulia untuk mengajarkan nilai-nilai agama pada anak saya. Di sisi lain, saya merasa malu dan bersalah dengan jamaah lain, jika anak saya rewel dan mengganggu,” ungkapnya, pada isknews.com Jumat (18-05-2018).

Ibu dengan empat orang anak ini mengatakan, dirinya sempat berkali-kali pindah masjid untuk menjalankan salat tarawih. Tujuanya agar anaknya tidak rewel saat salat tarawih.

Foto: Anak-anak yang tengah melaksanakan salat tarawih di sebuah Masjid di Desa Jati Kulon, Jumat (19-05-2018). (Nila Niswatul Chusna/ISKNEWS.COM)

“Jika anak diajak salat tarawih ke Masjid yang baru, pasti dia cenderung anteng dan tidak berani rewel karena tidak terbiasa dengan lingkungan tersebut. Hal tersebut pernah saya lakukan selama satu bulan ramadhan penuh. Alhamdulillah, perlahan anak saya mulai tergugah hatinya,” tutur warga Desa Prambatan Kidul tersebut.

Mengajarkan kebaikan kepada anak memang butuh strategi dan kerja ekstra. Dikatakannya, sebelum mengajak anaknya ke masjid. Ula terlebih dahulu memberikan penjelasaan kepada anaknya, untuk tidak rewel dan bermain selama pelaksanaan salat di masjid.

“Orang tua memang harus kerja ekstra, memberikan pemahaman dan melakukan pengawasan pada anak. Ke datangan kita ke masjid untuk melaksanakan salat berjamaah, bukan untuk bermain dan bergurau dengan teman sebayanya,” tegasnya.

Ula juga mengingatkan para orang tua untuk memberikan apresiasi dan award, terhadap setiap kegiatan baik yang dilakukan anak. Misalnya, anak berhasil menjalankan salat tarawih secara tertib. Orang tua bisa memberikan apresiasi berupa ucapan maupun makanan kesukaanya.

“Anak kecil sangat suka diperhatikan dan diapresiasi. Apresiasinya berupa ucapan seperti, ‘Adek sekarang pinter udah bisa salat tarawih dengan tertib. Besuk kalau tarwih seperti ini lagi ya’. Bisa juga diberikan makanan kesukaannya karena telah berhasil melakukan tarawih dengan tertib. Dengan begitu anak akan semangat menjalankan kebaikan,” jelasnya.

Selain memberikan pemahaman dan apresiasi, hal yang sering kali dilakukan oleh orang tua lainnya adalah membawa bekal makanan dan minuman. Menurutnya, makanan dan minuman ini berfungsi sebagai pengalihan perhatian anak, ketika mulai rewel.

“Saya memahami, namanya anak-anak pastinya rewel dan tidak bisa anteng, saat kumpul dengan orang banyak, apalagi ketika diajak beribadah. Hal terpenting bagaimana kita terus memberikan pemahaman pada anak. Saya percaya, dengan pemahaman yang baik dan seiring perkembangan usianya, akan menuntun anak menjadi pribadi yang baik pula,” pungkasnya. (NNC/WH).

KOMENTAR SEDULUR ISK :