Donat Salju Terus Bertahan Melawan Gerusan Zaman

oleh -1,513 kali dibaca
Donat Salju
Foto: Penjual donat salju yang sedang melayani pembeli di Desa Getas Pejaten, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Selasa (20-02-2018). (Nila Niswatul Chusna/ISKNEWS.COM)

Kudus, ISKNEWS.COM – Dahulu pada era 90-an masyarakat seolah dimanjakan dengan sejumlah jajanan tradisional seperti es tung-tung, manisan kedondong, rambut nana, gulali dan donat salju. Cita rasanya yang lezat menjadikan kuliner tersebut begitu populer dan digemari oleh masyarakat. Tak ayal, jika masyarakat dapat dengan mudah menemukan penjual makanan ini di sekolah dan pusat keramaian pada masa itu.

Seiring berjalannya waktu, makanan tersebut mulai sulit dicari. Perubahan pola makan masyarakat menjadikan sejumlah penjual cemilan tersebut gulung tikar tak membekas. Kini hanya tersisa beberapa penjual kuliner era 90-an yang masih bertahan melawan perubahan zaman.

Salah satunya adalah Jumadi (60), seorang pengusaha donat salju asal Desa Getas Pejaten, Kecamatan/Kabupaten Kudus. Diakuinya, jika minat konsumen akan donat salju tidak sebanyak dahulu. Meskipun demikian ia masih memutuskan bertahan menjalani usaha tersebut. Lantaran usianya yang tak lagi muda, sehingga tidak ada pekerjaan lain selain tetap menjalankan usaha donat salju.

Donat Salju-2
Foto: Jumadi (60), pengusaha donat salju asal Desa Getas Pejaten, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Selasa (20-02-2018). (Nila Niswatul Chusna/ISKNEWS.COM)

Pada isknews.com, Selasa (20-02-2018), ia menceritakan bahwa dahulu sebelum berjualan donat salju, ia adalah seorang penjual es di sebuah perusahaan rokok di Kota Kretek ini. Karena keuntungan yang ia dapatkan dari berjualan es tidak banyak, akhirnya ia putuskan untuk kerja sampingan sebagi buruh pembuat donat.

Melihat prospek penjualan donat pada waktu itu cukup bagus, pada tahun 1986 ia putuskan untuk beralih profesi menjadi penjual donat salju.

“Waktu itu cuma modal nekat dan sejumlah ilmu yang saya peroleh saat menjadi buruh pembuat donat. Tuntutan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga, menjadikan saya mantap untuk menggeluti usaha donat salju,” ujar Jumadi.

Awalnya, ia hanya membuat beberapa saja yang dijualnya berkeliling menyusuri desa-desa dengan di Kabupaten Kudus dengan sebuah gerobak dorong. Jajanan yang ia jual mendapatkan sambutan positif dari masyarakat, dari situlah ia tergugah untuk terus menekuninya.

Donat Salju-3
Foto: Donat salju buatan Jumadi yang menggugah selera. (Nila Niswatul Chusna/ISKNEWS.COM)

Strategi yang digunakan oleh Junaidi dalam memasarakan produknya dengan suara bel mainan. Karena dirasa suara tersebut terkesan monoton, akhirnya ia menggantinya dengan suara radio. “Kalau suara radio lebih bervariasi dan menghibur, sehingga masayarakat lebih tertarik untuk membeli donat saya.”

Lama berkeliling menjual donat salju di Kota Kretek, ia memutuskan untuk memperluas pemasaran ke daerah Jepara. Melihat tingginya permintaan masyarakat Jepara akan donat salju buatannya, akhirnya pada tahun 1989 Jumadi pindah berjualan donat salju di Jepara.

Di sana usahanya berkembang dengan baik, sejumlah orang bermitra membantu pemasaran donatnya. Tekadnya untuk pindah berjualan di Jepara tidak sia-sia, dari donat salju ia dapat menghidupi keluarga dan sejumlah mitra kerjanya. Sekian lama bekerja jauh dari keluarga, menjadikan Jumadi rindu akan kampung halaman. Pada tahun 2003 ia putuskan untuk kembali ke Kabupaten Kudus.

“Susahnya orang rantau itu, saat sakit tidak ada yang merawat karena jauh dari keluarga. Saat itu, kebetulan saya sedang sakit cukup parah, sehingga harus kembali lagi ke Kudus. Di sini saya mencoba kembali menjajakkan donat salju di beberapa daerah. Melihat adanya tanggapan positif dari masyarakat, memantapkan saya untuk menjalankan kembali usaha donat salju di Kudus sampai saat ini,” ungkap Ayah tiga anak tersebut.

Sepinya minat masyarakat akan donat salju, tak memudarkan semangat Jumadi untuk terus memasarkan makanan legendaris tersebut. Di bantu oleh 12 orang karyawan, ia membuat dan memasarkan makanan ini setiap penjuru Kota Kudus.

Suara radio yang menjadi ciri khas pemasaran makanan ini, nyatanya masih mampu menarik minat masyarakat sampai saat ini. “Walaupun saat ini banyak makanan yang lebih enak dari donat salju yang saya produksi, tetapi saya terus optimis menjalankan usaha ini,” pungkasnya. (NNC/AM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :