Gelar Harmoni Kebudayaan, Cara Warga Kutuk Rawat Tradisi Menjaga Toleransi

oleh -2,022 kali dibaca

Kudus, ISKNEWS.COM – Harmoni Kebudayaan bertemakan ‘Kolaborasi budaya dan sendratari dewi sindu’ ditampilkan di Pelataran Vihara Vajra Bodhi Manggala RT 01 RW 04 Desa Kutuk Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus, Senin (31/12/2018) malam.

Suko Praseno, salah seorang penggiat budaya menjelaskan terkait kegiatan Kolaborasi budaya dan sendratari dewi sindu. “Kolaborasi budaya tahun ini istimewa, pasalnya rentetan acara dari mulai tari kretek, gambyong, kreasi anak-anak dengan iringan musik kolaborasi gamelan, keyboard dan rebana tersaji apik dan menarik ribuan penonton,” ungkapnya.

Selain penampilan yang dikolaborasikan, kata Suko, pemainnya juga sama, dimana beragam penganut kepercayaan memadukan dan saling kerjasama satu sama lain, seperti dari Muslim, Budha, Kristen, dan Sedulur Sikep turut serta, terutama organisasi kepemudaan keagamaan seperti Gerakan Pemuda (GP) Anshor, Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) dan Sekolah Minggu Budha.

Dikatakannya, untuk menyiapkan acara tersebut, pihaknya latihan bersama 1 bulan sebelumnya. “Dengan merawat tradisi menjaga toleransi, kami ingin warga Kutuk yang sudah terkenal toleransi antar umat beragama tidak ingin terpecah belah. Kami selama ini telah hidup berdampingan, rukun dan saling menghormati,” paparnya.

Sementara Dewi Sindhu yang oleh warga menyebutnya Nyai Sindu merupakan seorang cikal bakal dari Desa Kutuk.

Selain warga, nampak hadir tamu undangan diantaranya Dandim Kudus, Kapolres Kudus, Camat Bae dan didampingi Bhante Pabhakaro.

Ditemui di tempat yang sama, Kepala Desa Kutuk, Supardiyono mengatakan, kegiatan ini dibuat dari inisiatif sekelompok pemuda yang tergabung dalam kolaborasi pegiat organisasi kepemudaan keagamaan. Diantaranya Karang Taruna, Pemuda Budhis, GP. Anshor. Mereka mempunyai semangat tinggi untuk membentuk sebuah drama seni yang menggambarkan tentang sejarah kisah tokoh-tokoh Desa Kutuk pada waktu itu. “Hal ini juga untuk menjaga tradisi dengan mengenalkan ke generasi milenial,” terangnya.

Sementara event harmoni budaya tersebut merupakan serangkaian dari event lanjutan lempogan yang digelar setiap Jumat Wage, sekitar bulan November. “Ini merupakan lanjutan dari serangkaian kegiatan lempogan dulu, saat bulan November, kebetulan sejarahnya ada rentetan dan kaitannya,” beber Supardiyono.

Acara yang dijadikan event tahunan itu sekaligus menyambut datangnya tahun 2019, “Kebetulan momennya dibuat pas makam tahun baru, jadi bisa sekaligus memperingatinya saguyub bersama warga,” pungkasnnya. (AJ/YM).

KOMENTAR SEDULUR ISK :