Geliat Kehidupan Pengepul Emas Jalanan

oleh -948 kali dibaca
Foto: Mansur yang tengah mengecek kualitas emas, di Terminal Dawe Kudus, Rabu (11-04-2018). (Nila Niswatul Chusna/ISKNEWS.COM)

Kudus, ISKNEWS.COM – Siang itu, suasana Terminal Dawe Kudus nampak sepi. Tidak ada aktivitas hilir mudik angkot, yang ada hanya beberapa penjual makanan dan aksesoris yang tengah duduk menunggu pembeli di depan kios mereka.

Di sebelah utara, terlihat seorang lelaki tua yang tengah duduk santai di sebuah kursi kayu yang sudah reot. Di depannya, terdapat sebuah meja kecil yang berisikan timbangan, kaca pembesar dan kalkulator yang nampak sangat lusuh. Kursi dan meja itu diletakkannya di depan sebuah toko emas.

Raut wajah penuh harap terlukis jelas dari lelaki itu. Senyum manis selalu menghiasi bibirnya menyambut para pengunjung Terminal. Beberapa orang yang melintas disapanya dengan ramah dan hangat sambil menawarkan jasanya. “Pak, mau jual emasnya?” tanyanya dengan wajah penuh harap. Pria tua pengepul emas jalanan ini bernama Mansur.

Tak berselang lama, ada seorang wanita yang mendatangainya dengan membawa dua buah gelang yang telah rusak. Dengan gesit, mansur melihat detail gelang itu dengan kaca pembesar. Lalu timbang gelang tersebut diatas neraca.

Neraca tersebut menunjukkan angka lima gram. Dengan segala pertimbangan Mansur menaksir harga gelang tersebut sebesar Rp. 500 ribu. Setelah melalui tawar menawar yang panjang, akhirnya wanita itu tidak berkenan menjual gelangnya kepada Mansur.

Foto: Mansur yang tengah menimbang emas, di Terminal Dawe Kudus, Rabu (11-04-2018). (Nila Niswatul Chusna/ISKNEWS.COM)

Dengan menghela nafas panjang, mensur melihat kepergian wanita itu. “Mungkin belum rezekinya,” gumamnya. Setelah wanita itu pergi, isknews.com mencoba mengenal dan menggali lebih dalam sosok Mansur.

Kepada isknews.com, Mansur mengaku telah lama menekuni usaha ini. Jasa jual beli emas bekas tersebut, merupakan pekerjaan sampingan yang ia lakukan, untuk menafkahi istri dan 12 anaknya. Pekerjaan utamanya adalah sebagai petani.

“Kalau mengandalkan pekerjaan sebagai petani dengan masa panen setahun sekali. Untuk kesehariannya keluarga saya mau makan apa? Karena itu saya harus bekerja seperti ini, untuk mencukupi kebutuhan keluarga saya sehari-hari,” kata warga Desa Piji, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus ini.

Mansur tidak menyangkal, jika pekerjaan sebagai pengepul emas jalanan juga tidak dapat diandalkan untuk menghidupi keluarganya. Tidak setiap hari, pundi-pundi uang berhasil dibawanya pulang. Sering kali ia harus menelan pahitnya pengharapan, karena selama beberapa minggu tidak ada satupun orang yang menjual emas kepadanya.

“Kalau tidak ada yang menjual emas, saya terpaksa menghutang untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Hutang-hutang itu, akan saya bayar setelah ladang saya panen,” tuturnya.

Meskipun pekerjaan ini tidak memberikan kontribusi yang baik bagi perekonomian keluarganya, Mansur tetap saja mempertahankannya. Usianya yang telah menginjak kepala tujuh dan kondisi tubuhnya yang sudah sempoyongan, membuat Mansur tidak memiliki banyak pilihan.

Usia senjanya, membuat pandangannya tak lagi tajam. Untuk membedakan baik tidaknya kualitas emas, ia kerap meminta tolong kepada toko emas di belakang lapaknya. Sesekali ia mengajak anaknya untuk menemaninya di lapak.

“Kalau kondisi saya lagi kurang sehat, saya mengajak anak saya paling kecil untuk menemani saya di lapak. Untuk jaga-jaga saja, jika saya mengalami sesuatu di sini,” katanya.

Dengan segala kekurangannya, Mansur tetap berusaha keras menjalankan kewajiban menafkahi keluarganya. Ia mengaku tidak terbiasa berpangku tangan, mengharapkan bantuan dari anak-anaknya.

“Meskipun penghasilan saya dari pekerjaan ini tidak banyak, tapi setidaknya saya telah berhasil mewujudkan cita-cita saya untuk menyekolahkan anak-anak hingga tamat SMA. Dengan bekal tersebut, alhamdulillah kini anak saya dapat bekerja lebih layak dari apa yang saya kerjakan saat ini,” pungkasnya. (NNC/WH)

KOMENTAR SEDULUR ISK :