Intensitas Hujan Menurun, Kawasan Banjir Di Kudus Berangsur Angsur Surut

oleh -1,112 kali dibaca
Ilustrasi banjir yang juga sempat menggenangi Mushola di wilayah Desa Temulus Mejobo Kudus, kini air telah surut (Foto: YM)

Kudus, isknews.com  – Curah hujan dengan intensitas tinggi, sudah dua hari ini tak lagi membasahi kota kretek, hujan hanya sporadis turun, namun dengan intensitas sudah yang tak begitu tinggi, aktifitas rumah tangga seperti menjemur pakaianpun kini sudah mulai dilakukan oleh sebagian besar warga.

Bahkan sejumlah wilayah yang sebelumnya terendam air akibat melmpahnya sungai terdekat, kini sudah surut, begitu juga kawasan yang biasa jadi langganan banjir terutama pada tiga kecamatan di Kudus yakni Kaliwungu, Jati dan Kaliwungu dikabarkan mulai surut.

Seperti di ungkapkan oleh Harso Widodo, Camat Mejobo, banjir yang terjadi di Desa Temulus, Mejobo, Payaman dan Golantepus kini sudah surut.

“Untuk area permukiman sebagian besar sudah surut. Hanya di Dukuh Karanganyar, Desa Payaman yang saat ini masih tergenang banjir dengan ketinggian 10-20 centimeter, sedangkan dukuh Gandongan di Temulus yang sebelumnya terendam hingga terparah 70 cm kini telah menyusut jauh, hanya beberapa area pertanian yang saat ini memang masih tergenang,” jelasnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Camat Kaliwungu, Muhammad Fitriyanto yang karib disapa Aan itu menuturkan jika banjir yang terjadi di daerahnya kini sudah pada surut. Hanya saja, genangan banjir masih terjadi di Dukuh Karangturi, Desa Setrokalangan dengan ketinggian antara 20-40 centimeter.

“Kalau sebelumnya di daerah tersebut, kedalaman air banjir mencapai 70 centimeter. Hari ini sudah berkurang banyak. Untuk jalan masuk menuju Dukuh Setro sudah kering. Lalu untuk jembatan menuju Dukuh Karangturi ketinggian air masih berkisar 20 centimeter. Kalau dukuh Karangturi sendiri ketinggian air sudah turun dikisaran 40 centimeter,” jelasnya.

Diakuinya, cuaca yang bersahabat dalam beberapa hari ini berdampak besar pada penyusutan air banjir di daerahnya. “Semoga cuaca senantiasa bersahabat. Agar air banjirnya segera surut,” harapnya.

Senada dengan Harso Widodo dan Muhammad Fitriyanto. Andreas Wahyu, Camat Jati menuturkan jika banjir di daerahnya sudah mulai mengalami penyurutan tetapi belum banyak. Daerah Goleng, Desa Pasuruhan Lor dan Tanjungkarang terpantau sebagain sudah mulai kering. Lalu untuk Dukuh Gendok, Barisan dan Tanggulangin Desa Jati Wetan serta Dukuh Kencing Desa Jati Kulon masih terendam banjir dengan ketinggian 40 – 100 centimeter.

“Di Jati memang berbeda dengan daerah-daerah rawan banjir lainnya. Karakteristik banjir disini memang lebih lama surutnya dibandingkan daerah Kaliwungu ataupun Mejobo. Karena Jati merupakan daerah cekungan yang menjadi muara dari air hujan di Kudus,” jelas dia

Imbuhnya, “Kami juga tidak memiliki akses untuk menyalurkan air banjir secara lagsung ke sungai wulan. Selama ini air hanya disalurkan melalui pompa penyedot air yang jumlahnya hanya 2 buah. Oleh karenanya, kendati cuaca cerah penyusutan air di daerah kami tidak bisa berlangsung secara signifikan,”

Untuk langah penanganan banjir, Andreas Wahyu hanya bisa menghimbau warga untuk segera menungsi di posko pengungsian yang telah disediakan yakni Balai Desa Jati Wetan dan Klenteng Hok Tik Bio. Diungkapkannya saat ini telah ada 279 warga yang mengungsi, 264 jiwa diantaranya mengungsi di Balai Desa Jati Wetan dan 15 jiwa di Klenteng Hok Tik Bio Tanjung Karang.

KOMENTAR SEDULUR ISK :

No More Posts Available.

No more pages to load.