Lori PG Rendeng Kudus yang Bertahan Digerus Zaman

oleh -2,278 kali dibaca
Lori PG Rendeng Kudus
Foto: Lori PG Rendeng, di Desa Rendeng, Kecamatan/Kabupaten Kudus, Selasa (13-02-2018). (Nila Niswatul Chusna/ISKNEWS.COM)

Kudus, ISKNEWS.COM – Pabrik Gula (PG) Rendeng merupakan sisa peninggalan kolonial Belanda yang masih berdiri kokoh hingga saat ini. Didirikan pada tahun 1840 dengan nama Mirandolie Voute & Co atau yang dikenal dengan nama Rendeng Suiker Fabrik.

Pada era tersebut perkembangan transportasi tidak semasif saat ini. Kereta api merupakan alat transportasi masal yang paling populer dan modern pada masa itu. Sehingga banyak perusahaan yang menggunakannya sebagai transportasi andalan, dalam menggerakkan roda perekonomian dan pendistribusian barang ke sejumlah daerah.

Hal senada, terjadi di Pabrik Gula Rendeng. Pada masa itu, Lori (kereta yang digunakan untuk mengangkut tebu –red) digunakan sebagai alat angkut tebu satu-satunya dari petani menuju pabrik.

Peta Jalur Lori PG Rendeng Kudus-2
Foto: Peta jalur lori Pabrik Gula Rendeng di Desa Rendeng, Kecamatan/Kabupaten Kudus, Selasa (13-02-2018). (Nila Niswatul Chusna/ISKNEWS.COM)

Tak heran, jika saat itu jalur lori mengular ke berbagai penjuru Kota Kudus. “Seingat saya pada waktu itu, jalur lori Pabrik Gula Rendeng mengular ke Utara hingga Desa Panjang. Ke arah Timur ke Desa Gondoarum, ke Selatan ke Desa Jepang dan ke Desa Kaliwungu,” ungkap Staf Tebang Angkut PG Rendeng, Sarmin Ahmad Turmudzi (35), Selasa (13-02-2018).

Adapun panjang jalur lori Pabrik Gula Rendeng sepanjang 11.000 meter yang melintasi persawahan untuk mengangkut hasil panen tebu di sejumlah desa.

Perkembangan transportasi yang begitu pesat menjadikan beberapa jalur lori di Pabrik Rendeng di tutup. Pada tahun 1985, dilakukan penutupan sejumlah jalur lori dikarenakan perubahan cara pengangkutan.

“Dahulu mekanisme pengangkutan tebu dari sejumlah daerah ke pabrik, hingga pengangkutan tebu ke tempat penggilingan sepenuhnya menggunakan lori. Sekarang, mekanismenya pengangkutan sedikit berbeda,” kata Sarmin.

Imbuhnya, “Tebu dari petani yang masuk ke pabrik, diangkut menggunakan truk. Setelah itu dilakukan pemindahan muatan dari truk ke lori, lalu tebu tersebut didistribusikan ke tempat penggilingan.”

Perubahan tersebut, memperpendek jalur lori yang mulanya sepanjang 11.000 meter menjadi 8.000 meter. Adapun jalur lori yang aktif saat ini, hanya melingkupi daerah sekitar Pabrik Gula Rendeng. Jalur tersebut mengular ke Utara hingga Desa Pedawang, ke Timur sampai Desa Tumpang Krasak. Ke arah Selatan hingga Desa Mlati Norowito dan ke Barat sampai Desa Rendeng. (NNC/AM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :

No More Posts Available.

No more pages to load.