Kudus, isknews.com – Meski oleh Pemerintah Kabupaten Kudus dinyatakan belum masuk pada kategori Kejadian Luar Biasa (KLB).
namun memasuki musim penghujan, grafik kasus pasien penderita demam berdarah Dengue (DBD) di RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus melonjak tajam.
Hal tersebut dibenarkan oleh Direktur Utama RSUD Kudus, dr. Aziz Achyar melalui Kabid Pelayanan, Aris Jukisno bahwa pada bulan Januari ini kasus DB mengalami lonjakan yang signifikan.
Berdasarkan data yang dihimpun pihaknya, hingga tanggal 22 Januari 2019 ini telah ada 66 pasien DB rawat inap dan 7 pasien rawat jalan. Padahal pada bulan Desember 2018 lalu, ada 32 pasien DBD yang menjalani rawat inap dan 3 pasien DBD yang rawat jalan.
“Peningkatannya memang cukup tajam, dua kali lipatnya,” ujar dia. Jukisno sapaan karibnya mengungkapkan dari 66 pasien DBD yang menjalani rawat inap di rumah sakitnya 7 diantaranya adalah pasien luar kota. Dengan rincian 2 pasien dari Demak, 2 Jepara, 2 Klaten, 1 Tangerang dan 1 Jakarta Pusat. Sedangkan pasien dari Kudus ada sebanyak 59 orang di awal tahun 2019 ini.
Saat dikonfirmasi media ini, dia menegaskan hingga kini seluruh pasien DB tersebut telah mendapatkan penanganan dengan baik dan dinyatakan sembuh. Tidak ada pasien yang masuk ke fase Dengue Syok Syndrom (DSS) maupun meninggal.
“Mayoritas pasien DBD, lanjut dia, merupakan
anak-anak dan dengan jumlah kasus yang ada belum termasuk kasus luar biasa
(KLB), Ujarnya. Kamis (24/011/2019).
Rahayu salah satu
keluarga pasien DBD di RSUD Loekmono Hadi Kudus mengakui anaknya terserang DBD
sejak tanggal 16 Januari 2019.
Setelah dipastikan terserang DBD, anaknya yang masih duduk di
bangku kelas dua SD itu akhirnya harus menjalani rawat inap.
Adi Supardan, keluarga pasien DBD lainnya mengungkapkan
anaknya yang duduk di bangku kelas dua SMPawalnya
divonis tipes, kemudian dilakukan tes darah ulang diketahui trombositnya
sebesar 40 dari keharusan angka terendah 150 dan dinyatakan terserang DBD.
Dokter spesialis anak Abdul Hakam menambahkan untuk mencegah
penularan penyakit DBD tidak hanya menjaga kebersihan lingkungan, melainkan
pola hidup sehat juga harus dijaga agar daya tahan tubuh tetap terjaga.
“Ketika daya tahan tubuh sedang turun, biasanya mudah
terserang penyakit, salah satunya DBD,” ujarnya.
Serangan nyamuk pembawa virus DBD, kata dia, biasanya terjadi
antar pukul 08.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB.
Penyakit DB yang disebabkan oleh virus Dangue yang dibawa oleh nyamuk Aides Aigepty itu menjadi langganan setiap kali musim penghujan tiba.
“Memang pengaruh faktor cuaca yang tidak bisa dielakkan. Sekarang tergantung bagaimana kita menjaga kebersihan diri dan lingkungan untuk meminimalisir penyakit DB,” katanya.
Dia juga berpesan kepada masyarakat untuk waspada. Bila ada yang deman tinggi lebih dari tiga hari, di sarankan untuk segera melakukan pengobatan dan uji laboratorium di pelayanan kesehatan terdekat
Sementara itu Bupati Kudus Muhammad Tamzil saat kunjungannya ke RSUD Kudus beberapa hari lalu meminta warganya menjaga kebersihan lingkungan sekitar serta menggalakkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) guna mencegah penyebaran demam berdarah dengue (DBD).
“Jumlah temuan kasus DBD sesuai laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus untuk sementara baru 20 kasus DBD,” ujarnya didampingi Wabup Kudus Hartopo serta Kepala DKK Joko Dwi Putranto di sela mengunjungi pasien DBD di Ruang Bugenvil RSUD Loekmono Hadi Kudus, Senin.
Ia mengungkapkan data kasus DBD tersebut berdasarkan laporan dari masyarakat. Senyampang masih sedikit kasusnya, dia berharap, masyarakat menggalakkan program PSN.
“Jika perlu DKK juga menyurati pemerintah desa di Kabupaten Kudus untuk menggelar PSN serempak, sepanjang kebersihan lingkungan tetap terjaga, dia optimistis, penyebaran virus DBD bisa dicegah,” pungkasnya. (YM/YM)