Potong Rantai Distribusi, TTI Jual Beras Lebih Murah

oleh -1,018 kali dibaca
Sundarsih bersama tim dari provinsi Jawa Tengah saat memeriksa langsung proses pengepakan beras, sehingga konsumen benar-benar mendapatkan barang yang sesuai. (istimewa)

Kudus, isknews.com –Toko Tani Indonesia (TTI) adalah program pemerintah pusat untuk memotong jalur distribusi dan rantai peredaran produk pertanian ke masyarakat. lalu, berbelanja di TTI dengan pasar biasa, apa bedanya?

Menurut Suartati Agustine, Kepala Bidang Ketahanan Pangan pada Dinas Pertanian dan Pangan Kudus, hal yang membedakan TTI dengan pasar biasa adalah masalah harga. Sebab, semua barang yang di TTI di jual di bawah harga pasar.

“Kalau di sini lebih murah karena kita memotong rantai. Jadi langsung dari produsen ke TTI dan konsumen,” ujarnya.

Dirinya menyarankan pada masyarakat untuk membeli beras di 24 Toko Tani Indonesia yang tersebar di 8 Kecamatan.
“ Memang baru 8 dari 9 Kecamatan di Kudus, karena satu Kecamatan yakni Kaliwungu belum terdapat toko tani, karena belum ada gapoktan yang siap mensuplainya,” terangnya.

Dijelaskan oleh Tati, bahwa keberadaan toko tani indonesia (TTI) program pokok strategis dari pemerintah  untuk mendukung stabilisasi pasokan dan harga pangan pokok melalui program Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM). Dalam program tersebut Gapoktan atau Lembaga Usaha Pangan Masyarakat (LUPM) menjalankan fungsi sebagai lembaga distribusi yang lebih efisien.

“ Program ini merupakan tindaklanjut dari Kementerian Pertanian RI melalui Badan Ketahanan Pangan Pusat. Tujuannya menjaga harga wajar ditingkat produsen, memangkat rantai pasok yang panjang, mempermudah akses pasokan dan harga di tingkat konsumen dan merubah struktur pasar untuk menjadi lebih efisien. Sebab, alurnya dari petani panen diolah gapoktan kemudian disalurkan ke TTI dan langsung konsumen ,” terang Suartati Agustine.

Sementara itu, Sundarsih, Kepala Seksi Ketersediaaan Pangan dan Distribusi pada Bidang Ketahanan Pangan menambahkan bahwa harga jual beras di TTI sesuai dengan surat edaran BKP Pusat nomor B.110/KN.110/j/3/2018 tentang harga dan desain kemasan beras TTI. Selain itu juga Permentan RI nomer 31 tahun 2017.

“ Harga eceran tertinggi sesuai surat edaran adalah Rp 8800 perkilogram untuk beras premium di TTI. Harga ini tidak merugikan petani karena mereka juga mendapatkan bantuan dana operasional dari pemerintah. Karena harganya sesuai HET, maka bisa menjadi solusi pada masyarakat yang biasanya dipusingkan kenaikan harga di pasar umum ,” tukas Sundarsih.

Untuk wilayah Kabupaten Kudus terdapat enam gapoktan yang menjadi LUPM dan terbagi dalam tiga kategori. Yakni pengembangan ada dua, gapoktan Tani Makmur Desa Pladen kecamatan jekulo dan Gapoktan Kondang Wirotani desa Undaan Tengah kecamatan Undaan.

Kategori Penumbuhan ada dua yaitu Gapoktan Subur makmur desa Gondoharum Kecamatan Jekulo dan Gapoktan Tirtorejo desa Wates Kecamatan Undaan. Sedangkan Gapoktan kategori pembinaan adalah Glagahjaya desa Glagahwaru kecamatan Undaan dan Suburmakmur desa Kirig Kecamatan Mejobo.

Sundarsih bersama tim dari provinsi Jawa Tengah saat memeriksa langsung proses pengepakan beras, sehingga konsumen benar-benar mendapatkan barang yang sesuai. (istimewa)

“ Khusus untuk LUPM Kirig tidak mendapatkan modal pembinaan setelah dinilai atau rangkingnya kurang bagus oleh Pemprov Jateng. Tahun sebelumnya ada dapat modal pembinaan ,” ungkapnya.

Oleh karena itu, sambungnya, harga jualnya diperbolehkan tidak mengikuti HET TTI tetapi harus dibawah harga pasar 5 sampai 10 persen. Selain itu, barangnya juga tidak menggunakan kemasan resmi dari TTI.

Dijelaskan, enam LUPM tersebut melayani 24 TTI yang tersebar di delapan kecamatan di wilayah Kabupaten Kudus. Perinciannya, Tani Makmur Pladen melayani 4 toko, Kondang Wirotani Undaan tengah ada 2 toko, Tirtorejo desa Wates ada 3 toko, Subur Makmur Desa Gondoharum ada 5 toko, dan Glagahjaya Desa Glagahwaru ada 5 toko serta Subur Makmur desa Kirig ada 5 toko. (AJ)

KOMENTAR SEDULUR ISK :

No More Posts Available.

No more pages to load.