Sabut Kelapa Sebagai Sumber Hara Kalium Organik

oleh -9,089 kali dibaca

Kudus, isknews.com – Bertemu di sebuah warung es degan di bilangan jalan Patimura Kudus siang tadi, Minggu (10/7),  Achmad Taufik petani dan mentor pertanian yang saat ini sedang getol bertanam  pisang dan seringkali menjadi mentor teknik bertanam pisang bagi para petani pisang pemula ini tampak sedang mengangkut limbah sabut kelapa yang menumpuk di samping warung es degan tempat kami melepas dahaga tersebut ke dalam bak mobil pikup yang dikendarainya, ya memang Taufik seringkali memburu dan membeli sabut-sabut kelapa yang merupakan limbah bagi warung-warung es degan yang ada di Kudus ini. Ketika media ini menyapa dan menayakan untuk apa dirinya membeli begitu banyak sabut kelapa, Taufik menjawab, “ayo ikut ke ladang saya, nanti akan tahu manfaat saya membeli sabut-sabut kelapa ini”.

Karena penasaran dan janji Taufiq lokasinya tak begitu jauh dari warung degan ini, kamipun menguntit mobil pikup yang dikendarai Taufik, dan benar ternyata letaknya tak seberapa jauh,  kamipun sampai  ke sebuah ladang tempatnya bertanam pisang selama ini, setelah memarkir mobil pikupnya lalu kamipun diajaknya masuk menyusuri ladangnya yang sebagian tertutupi ladang rumput gajah milik orang lain yang sudah lumayan tinggi sehingga agak menutupi ladang pisang milik Taufiq, “ini salah satu ladang yang sedang kami garap, untuk saya tanami berbagai jenis pohon pisang” katanya begitu tiba di sebuah saung/gubug yang termasuk agak luas untuk ukuran gubug biasa dan berada di tengah-tengah ladang pisangnya, lalu Taufik pun mulai menjelaskan manfaat sabut-sabut kelapa yang barusan di belinya.

Karena memang sudah terbiasa menjadi mentor pertanian, Taufik yang juga pemimpin redaksi sebuah media pertanian “Jurnal Ekora” dan beberapa teman menyebutnya motivator bagi para petani, serta seringkali berkampanye untuk penggunaan pupuk organik pun menjelaskan kepada kami runtut seraya membuka laptop yang dibawanya, dia mulai menjelaskan manfaat sabut kelapa tersebut kepada kami bak seorang dosen, “pada musim tanam seperti sekarang ini biasanya para petani sedang butuh-butuhnya pupuk. Namun terkadang keberadaan pupuk seperti hilang ditelan bumi, alias langka. Selain karena mungkin penggunaan pupuk oleh petani yang melebihi rekom dari pemerintah, namun juga karena jumlahnya terbatas, sehingga pemerintah mendorong agar kembali menggunakan pupuk organik. Sebenarnya kita bisa memanfaatkan bahan-bahan yang ada disekitar untuk dijadikan sebagai pupuk, salah satu contohnya adalah sabut kelapa yang kita anggap sebagai sampah yang biasanya hanya digunakan sebagai bahan bakar saja. Tanpa kita sadari ternyata sabut kelapa memiliki banyak manfaat, seperti misalnya sebagai bahan baku pembuatan kesed, sapu, karpet, sandal, dan pupuk organik cair. Dalam dunia pertanian dikenal istilah pupuk organik cair atau istilah kerennya POC. Ternyata sabut kelapa dapat digunakan sebagai bahan baku POC dan memiliki kandungan zat hara yang sangat tinggi,” jelasnya.

Ya ternyata dugaan kami betul, pasti ini ada hubungannya dengan hobi bertaninya, dan pupuk organik sudah menjadi salah satu opsi yang kami duga,  cuma kami masih penasaran bagaimana metodanya ini? selanjutnya Taufiq menerangkan cara pembuatan pupuk Kcl dari sabut kelapa tersebut,

Alat dan bahan yang dibutuhkan:
• Sabut kelapa 25 kg
• Ember/drum dengan tutupnya
• Air 40 liter
• Ragi tape
• Gula pasir
• Bakteri EM – 4

Cara membuat:

  1. Masukkan sabut kelapa ke dalam ember, kemudian taburkan ragi tape, gula pasir, dan bakteri EM – 4 ke dalam ember yang berisi sabut kelapa yang telah dimasukkan.
  2. Isi ember yang telah diisi sabut kelapa dengan air hingga sabut kelapa terendam.
  3. Tutup ember yang telah diisi sabut kelapa dan air dan diamkan selama 2 minggu atau hingga air berubah menjadi kecokelatan.

Aplikasi

  1. Pupuk cair diberikan dua kali dalam satu musim tanam
  2. Pertama sebagai pupuk dasar sebelum lahan ditanami atau pada fase pengolahan tanah
  3. Kedua pupuk diberikan setelah padi memasuki masa primordia (awal tumbuh), dengan cara pupuk tanpa tambahan air disemprotkan pada batang padi.
    Warna hitam pada air rendaman sabut kelapa disebabkan oleh larutnya kandungan KCL ke dalam air. Air larutan rendaman sabut kelapa tersebut telah siap digunakan dan jika air telah habis dipakai,  dapat  ditambah  lagi  berulang-ulang  sampai  air  rendaman  tersebut  menjadi  jernih.

Manfaat  larutan  sabut  kelapa  yang  telah menjadi Pupuk Organik Cair sangat banyak, di antaranya adalah untuk:
1. Memperkuat batang dan akar tanaman
2. Menambah bobot atau isi buah dan biji tanaman
3. Mencerahkan warna buah atau biji tanaman
4. Menambah aroma harum pada buah
5. Buah menjadi lebih manis
Kelebihan Pupuk Organik Cair:
• Cara membuatnya mudah
• Harga alat dan bahannya murah.
• Tidak memiliki efek samping.
Kekurangan Pupuk Organik Cair:
• Pembuatan Pupuk Organik Cair: dibutuhkan kesabaran dan ketekunan yang tinggi.
• Hasil pembuatannya tidak banyak
Cara menggunakan pupuk cair:
Disiram ke tanaman dengan perbandingan antara pupuk cair dengan air bersih 3:1.

Demikian cara pembuatan pupuk Kcl dari sabut kelapa. Mulai sekarang jangan buang/bakar sabut kelapa, ayo manfaatkan sabut kelapa untuk hal-hal yang berguna seperti ini.

Sabut kelapa selama ini biasanya dipergunakan sebagai bahan bakar/ untuk memasak kebutuhan dapur. Tetapi dibalik itu sabut kelapa mengandung bahan-bahan yang bisa dimanfaatkan tumbuhan untuk memperkuat sistem perakaran. “Sabut kelapa yang sudah di olah atau dalam bahasa internasioanalnya di sebut cocopeat merupakan pupuk organik yang sangat penting bagi perkembangan pertanian yang saya kelola, sabut merupakan  bagian terbesar dari struktur buah kelapa,35 % dari berat keseluruhan buah yang terdiri dari serat dan gabus yang menghubungkan satu serat dengan serat lainnya. Serat adalah bagian yang berharga dari sabut. Setiap butir kelapa mengandung serat 525 gram (75 % dari sabut), dan gabus 175 gram (25 % dari sabut). Ketebalan sabut kelapa berkisar 5-6 cm yang terdiri atas lapisan terluar (exocarpium) dan lapisan dalam (endocarpium). Satu butir buah kelapa menghasilkan 0,4 kg sabut yang mengandung 30% serat. Komposisi kimia sabut kelapa terdiri atas selulosa, lignin, pyroligneous acid, gas, arang, ter, tannin, dan potasium. Pemanfaatan sabut kelapa yang tidak kalah menarik adalah sebagai coco peat yaitu sabut kelapa yang diolah menjadi butiran-butiran gabus sabut kelapa,” terangnya.
Dijelaskannya, Cocopeat memiliki beberapa kelebihan antara lain : Cocopeat dapat menahan kandungan air dan unsur kimia pupuk, Media tanam cocopeat sanggup menahan air hingga 73%. Dari 41 ml air yang dialirkan melewati lapisan cocopeat, yang terbuang hanya 11 ml. Jumlah itu jauh lebih tinggi daripada sphagnum moss yang hanya 41%, Dapat menetralkan keasaman tanah  secara umum, derajat keasaman media cocopeat 5,8 – 6, dapat menyimpan oksigen sampai 50%, sedangkan media tanah hanya mampu menyimpan oksigen 2-3%. Ketersediaan oksigen pada media tanam dibutuhkan untuk pertumbuhan akar, Kandungan unsur hara makro dan mikro yang terdapat pada sabut kelapa antara lain (K) Kalium, (P) Fosfor, (Ca) Calsium, (Mg) Magnesium, (Na) Natrium dan beberapa mineral lainnya. Namun dari sekian banyak kandungan unsur hara yang dimiliki cocopeat, ternyata jumlah yang paling berlimpah adalah unsur K.

Cocopeat memiliki kelebihan sama dengan sekam dan serbuk gergaji yaitu meningkatkan sirkulasi udara dan sinar matahari, tapi kelemahanan sekam dan serbuk gergaji bersifat panas dan bertahan hanya 6 bulan saja sedangkan cocopeat bersifat netral dan tahan lama. Karena sifat tersebut, sehingga coco peat dapat digunakan sebagai media yang baik untuk pertumbuhan tanaman hortikultura dan media tanaman rumah kaca.

Cocopeat diolah dari sabut kelapa. Karena kemampuan cocopeat menahan air cukup tinggi, hindari pemberian air berlebih. Oleh sebab itu, cocopeat dicampur dengan bahan lain yang daya ikat airnya tidak begitu tinggi seperti pasir atau arang sekam. Creswell menyarankan, air diberikan sedikit demi sedikit tetapi kontinu seperti dengan cara irigasi tetes atau pengabutan. Bila klor bereaksi dengan air, ia akan membentuk asam klorida. Akibatnya, kondisi media menjadi asam. Sedangkan tanaman umumnya menghendaki kondisi netral.

Taufiq menjelaskan, “Cocopeat diperkirakan akan menjadi alternatif dunia bagi peningkatan kesuburan tanah, sebab bila dicampurkan dengan tanah berpasir hasil tanam pun menakjubkan. Hanya saja unsur hara tanah tidak tersedia dalam cocopeat untuk itu pupuk masih sangat dibutuhkan. Cocok buat pembibitan, perkebunan, pertanian bahkan untuk tanaman anthurium,” ujarnya.

Namun ada juga kekurangan cocopeat, “adalah banyak mengandung zat Tanin. Zat Tanin diketahui sebagai zat yang menghambat pertumbuhan tanaman,” tambahnya.

Dalam dunia pertanian yang berbasis organik, memanfaatkan sabut kelapa sebagai pupuk padat memiliki peran penting bagi kesuburan tanah pertanian. pada pupuk organik padat, cocopeat / sabut kelapa berfungsi sebagai bio pori bagi tanah, dengan adanya rongga-ronga pada tanah dapat memperbaiki sirkulasi udara membawa oksigen yang sangat dibutuhkan tanaman.

Kandungan unsur hara makro dan mikro yang terdapat pada sabut kelapa antara lain (K) Kalium, (P) Fosfor, (Ca) Calsium, (Mg) Magnesium, (Na) Natrium dan beberapa mineral lainnya. Namun dari sekian banyak kandungan unsur hara yang dimiliki cocopeat, ternyata jumlah yang paling berlimpah adalah unsur K (kalium). Seperti yang telah kita ketahui bahwa kandungan (P) Fosfor dan (K) Kalium sangat dibutuhkan tanaman saat proses pembentukan buah serta peningkatan rasa untuk segala jenis buah.

Penggunaan sabut kelapa sebagai bahan campuran pembuatan bokashi, ternyata memiliki dampak positif bagi pertanian. Tanaman padi yang menggunakan pupuk bokashi dengan penambahan cocopeat dapat meningkatkan kualitas, berat (bernas) serta rasa lebih enak, jika dibandingkan dengan penggunaan pupuk bokashi serupa tanpa mencampur cocopeat.

Pembuatan bokashi yang menggunakan cocopeat adalah dengan penambahan sebesar 15-20% cocopeat dari total keseluruhan bahan bokashi. Pentingnya penambahan bokashi bagi lahan pertanian sangat penting, megingat lahan pertanian di Indonesia yang semakin rusak karena penggunaan pupuk kimia yang telah belangsung bertahu-tahun.

Menggunakan cocopeat sebagai bahan campuran bokashi memberi dampak baik bagi dunia pertanian, begitu juga dengan budidaya tanaman non pangan. Untuk budidaya tanaman hias menggunakan cocopeat sebagai campuran media tanam sangat dianjurkan atau  budidaya sayuran  di lahan-lahan sempit yang menggunakan pot. Aplikasi cocopeat pada media tanam dapat meningkatkan hasil serta kualitas tanaman yang anda budidayakan, singkat kata sabut kelapa atau cocopeat sangat cocok untuk segala jenis tanaman.

Secara umum tanaman lebih banyak membutuhkan nitrogen, tetapi tanaman jahe lebih banyak membutuhkan K. Ada banyak sumber-sumber mineral yang biasanya digunakan sebagai pupuk K, seperti: MOP atau kalium klorida alias KCl, kalium fosfat, kalium sulfat, kalium nitrat, kalium dihidrogen fosfat, abu jangkos dan lain-lain. Bahan alami yang juga kaya akan Kalium adalah cocopeat atau serbuk kelapa.

“Cocopeat memiliki beberapa keunggulan sebagai media tanam. Salah satunya yang paling sering dimanfaatkan adalah kemampuan mengingat air (water holding capacity). Cocopeat memiliki kemampuan menyimpan air yang sangat besar, yaitus sebesar 69%. Jadi bisa menyerap air lebih dari setengah massanya. Keunggulan lain dari cocopeat adalah kandungan K-nya yang tinggi, yaitu hingga 6 kali daripada kandungan N-nya. Ini cocok sekali dengan kebutuhan tanaman jahe,” kata Taufiq yang juga dikenal sebagi petani jahe merah ini.

Tabel Karakteristik Cocopeat Sebagai Media Tanam

No Karakteristik
1 pH 5.3
2 Konduktivitas Listrik (dSm-1) 1.96
3 Kandungan Nutrisi (%)
4 Total N 0.39
P 0.41
K+ 2.39
Ca2+ 0.18
Mg2+ 0.11

 

“Cocopeat bisa ditambahkan sebagai salah satu media dalam komposisi media tanam jahe. Atau bisa juga ditambahkan sebagai media persemaian jahe atau bisa juga digunakan untuk media tambahan di atas media dalam polybag. Namun, cocopeat juga mengandung tannin. Kandungan tannin ini tidak baik untuk tanaman. Tannin inilah yang sering membuat tanaman jadi kuntet, kerdil, dan menguning. Tannin mesti dihilangkan terlebih dahulu sebelum coco peat digunakan sebagai media tanam jahe,” ungkap Taufiq mengakhiri tutorialnya kepada kami. (YM/ES/LR)

KOMENTAR SEDULUR ISK :