Seniman Asli Kota Kretek Lahirkan Branding “Kudus Masih Cantik”

oleh -1,465 kali dibaca

Kudus, isknews.com – Khazanah budaya kekinian, adalah berkat adanya situs-situs masa lalu yang menjadi titik keberangkatan lahirnya produk- produk seni rupa kini. Di tengah pesatnya teknologi digital yang semakin banyak memberikan kemudahan dalam melakukan kreativitas, tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap pelaku seni rupa yang berkarya lewat goresan tangan dalam berkarya. Buktinya, lukisan goresan tangan masih banyak diburu oleh masyarakat, ketimbang karya lukisan yang dibuat secara digital. Giat melahirkan karya baru dan karya tersebut dapat memberikan hal terbaik untuk masyarakat memang suatu harapan tersendiri untuk para seniman-seniman.

Hal ini diakui oleh, seniman Mamik S. Mulyono yang terkenal dengan branding ”Kudus Masih Cantik” yang dipopulerkannya sekitar 2001 lalu, seniman seni rupa yang juga piawai bermain musi ini berasal dari Desa Dersalam, Kecamatan Bae Kudus. Gus Tama, begitulah nama akun facebook dan menurutnya itu sebuah julukan bagi keluarga kecilnya.

“Karya seni adalah visualisasi dari olah pikir kemampuan manusia yang diimplementasikan lewat karya dalam sebuah media. Bisa kanvas, kertas, bambu, dan lain sebagainya,” ujar Mamik saat ditemui isknews.com dikediamannya. Sabtu (19/11) dini hari.

Baginya menghidupkan dunia seni rupa di Kudus dengan basis kekuatan lokal yang ada, sebenarnya tidak berada dalam ruang hampa. ”Kudus memiliki situs budaya yang sangat besar. Bisa jadi, peninggalan situs itulah yang menjadi titik keberangkatan lahirnya produk- produk budaya lain saat ini,” terangnya.

Berfikir dari pertimbangan inilah, yang menginsipirasi seniman lulusan ISI Yogyakarta tahun 1996 ini mempopulerkan branding Kudus Masih Cantik. ”Kudus menyimpan kekayaan budaya yang sangat besar.

Pria kelahiran 1970 ini bercerita makna dari Masih Cantik, kata “Masih” ia terjemahkan rentan waktu yang terus berjalan, suatu tempat yang butuh inspirasi, suatu tempat yang kondusif.

Banyak sekali berbagai kekayaan lokal yang dimiliki Kudus, semestinya sangat memberikan dan mengingatkan kesadaran masyarakat akan khazanah yang dimilikinya. Dari tangan terampil Mamik, telah lahir hasil lukisan antara lain Sebatang Kretek Terakhir, Terbang Papat, Barikan (Kenduren), dan karya-karya lainnya.

”Saya banyak terinspirasi dari potensi yang dimiliki Kota Kudus, mulai dari masyarakat yang bermain rebana, budaya kretek, hingga kerajinan masyarakat dari bambu, tikar, dan gerabah, saya eksplorasi dalam desain-desain dekoratif. Nah, pada saat karya ini muncul di masyarakat, baru mereka sadar bahwa apa yang saya hadirkan, benar-benar dekat dengan mereka,” tuturnya.

Menjadi kesan tersendiri ketika keberhasilan sebuah projek tersebut dapat dinikmati masyarakat. “Sebuah kesan tersendiri ketika kita merespon, mengaplikasikan tentang ritual-ritual budaya yang ada di Kudus menjadi sebuah gelaran yang bisa dinikmati dan dimengerti masyarakat,” katanya.

Mamik berkeyakinan, karya seni rupa yang berangkat dari kekayaan lokal, bisa bersaing di ranah seni rupa kekinian. Sewaktu dirinya mengangkat potensi lokal dalam karya- karya seni rupa, apresiasi dari berbagai kalangan pun mengalir. Baik dari pengusaha hingga masyarakat umum. Banyak peluang untuk mengeksplorasi kekayaan lokal dalam karya seni rupa.

Dari situ , ia berharap agar para seniman di Kudus, senantiasa memacu diri untuk mengekplorasi kekayaan lokal yang dimiliki dalam karya-karyanya. “ Giat melahirkan karya baru dan karya tersebut dapat memberikan hal terbaik untuk masyarakat memang suatu harapan tersendiri untuk para seniman-seniman,”pungkasnya. (GP)

KOMENTAR SEDULUR ISK :