TEATER DJARUM PERSEMBAHKAN LAKON PETUAH TAMPAH DI BANDUNG

oleh -1,043 kali dibaca

Kudus,isknews.com – Teater Djarum yang didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation mengadakan pentas keliling dengan lakon‘Petuah Tampah’. Kali ini, pertunjukan yang digagas oleh Teresa Rudiyanto kemudian ditulis dan disutradari oleh Asa Jatmiko ini dipentaskan di Saung Angklung Udjo, Bandung hari Kamis 28 Juli 2016 mendatang .

image

Pertunjukan ini merupakan pertunjukan ke-empat dimana sebelumnya telah dipentaskan di Gedung Kesenian Jepara (Jepara), Auditorium Galeri Indonesia Kaya (Jakarta) dan Balai Budaya Rejosari (Kudus).

image

“Teater Djarum menjalankan berbagai agenda rutin dalam upaya menjalin kerjasama dengan seniman komunitas kesenian, budayawan serta berbagai pihak dalam mengembangkan jaringan kerja seni, membuka ruang ekspresi dan apresiasi masyarakat di bidang seni teater. Oleh karena itu, kami mendukung kegiatan Teater Djarum ini dengan harapan seni teater dapat terus berkembang sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan positif kepada masyarakat,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.

image

Petuah Tampah berangkat dari penggambaran tentang perkembangan kepribadian seseorang ditengah-tengah masyarakat sosial saat ini. Menggabungkan nilai-nilai tradisi sebagai pijakan dan harapan ideal akan modernitas kekinian. Pertunjukan yang didukung oleh 12 pemain ini menggabungkan unsur gerak dan dialog serta perlambangan atas simbolisasi yang ditawarkan.

“Pertunjukan Petuah Tampah ini merupakan wujud konsistensi kami untuk berkreasi dibidang seni teater. Melalui ini, kami ingin menyampaikan pesan bahwa orang-orang terdekat akan menjadi orang yang turut menentukan seseorang mencari dan membentuk kepribadiannya. Seiring dengan pertumbuhannya, kehidupan yang luas menjadi jalan terbuka bagi setiap pribadi untuk tumbuh, berkembang dan menemukan nilai-nilai kehidupan yang bermakna. Kami harap, penonton yang menyaksikan dapat mengambil hikmah dari pertunjukan ini,” jelas Asa Jatmiko, Penulis dan Sutradara Lakon Petuah Tampah.

“Tampah”, yaitu alat tradisional masyarakat kita yang dipergunakan utamanya untuk memilah dan memilih padi bernas, juga dipergunakan untuk fungsi-fungsi lain, misalnya: tempat gunungan untuk syukuran, tempat bumbu-bumbu dapur. Dalam tradisi Jawa, tampah juga memiliki filosofi, yakni: nampa atau menerima. Pada beberapa peristiwa anak hilang di senjakala, menurut mitosnya karena diajak bermain makhluk halus, tampah kemudian dijadikan alat tetabuhan oleh para tetangga sambil keliling kampung. Dan ditemukanlah si anak hilang tadi, tengah kebingungan terduduk di batang sebuah pohon besar. Terlepas percaya atau tidak, nyatanya tampah telah menjadi alat magis yang berguna bagi masyarakat.

Singkatnya, Tampah memiliki nosi “ke dalam” dan “ke luar” bagi masyarakat kita. Pada pemaknaan ke dalam, Teater Djarum menawarkan kembali perenungan akan tumbuhkembangnya kepribadian anak manusia di dalam kehidupan yang bagaikan siklus atau cakra manggilingan (roda yang berputar). Berdenyut, berkesinambungan dan terus hidup. Sementara Tampah dalam pemaknaan “ke luar” bagi masyarakat merupakan media bersosialisasi, bertegur-sapa, serta terjalinnya upaya saling membutuhkan dan saling menopang. Tampah menjadi alat yang mempertemukan secara langsung pribadi dengan banyak pribadi.

Teater Djarum mengangkat tampah sebagai ekspresi seni pertunjukan, karena saratnya nilai-nilai penting tersebut. Kemajuan teknologi modern, terutama teknologi komunikasi, diakui maupun tidak merupakan arus besar yang menjadikan banyak nilai di dalam masyarakat kita terputus dan terkoyak. Apalagi jika kita tidak mampu secara arif dan bijaksana menyikapinya. Oleh karenanya, tampah yang menawarkan banyak nilai diangkat dalam “Petuah Tampah”.

Eksplorasi tampah telah berlangsung selama 5 bulan penuh. Teater Djarum selalu menemukan hal-hal baru. Seperti ketika tiba-tiba menemukan kata wos (bahasa Jawa yang berartipadi), yang juga berarti “inti” kehidupan. Kemudian ketika Teater Djarum menemukan tampah yang disusun dari anyam-anyaman bambu, tiba-tiba tersadarakan bahwa bangunan dari seluruh proses para pemain dan pendukung teater tidak lain merupakan “anyam-anyaman” dari pribadi-pribadi yang mewujud tampah sebagai pentas besarnya.

Pertunjukan di Bandung ini dapat terlaksana atas bantuan dan kerjasama dengan Teater Awal – UIN Sunan Gunung Djati, Bandung. Setelah di Saung Angklung Udjo – Bandung, Petuah Tampah masih akan hadir di beberapa tempat, antara lain di Omah Petroek Sindhunata – Yogyakarta, Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah – Surakarta, Taman Budaya Cak Durasim – Solo dan Temanggung.

Rilis : Asa Jatmiko
(Mr)

KOMENTAR SEDULUR ISK :