Warga Ngembalrejo Kudus Keluhkan Limbah Tahu

oleh -1,132 kali dibaca
oleh
Foto: Kondisi Sungai Dawe turut Desa Ngembalrejo, Kecamatan Bae yang tercemar limbah tahu dikeluhkan warga setempat. (Mukhlisin/ISKNEWS.COM).

Kudus, ISKNEWS.COM – Warga Desa Ngembalrejo, Kecamatan Bae mengeluhkan limbah tahu yang mencemari lingkungan mereka. Salah satunya adalah Sungai Dawe yang tercemar dan menimbulkan bau tidak sedap yang membuat warga tidak nyaman.

Salah seorang warga Supaat (45) menceritakan, dulu limbah tahu dibuang di Sungai Dawe siang dan malam, tapi setalah ada teguran dari dinas terkait pembuangan limbah hany dilakukan malam hari. “Biasanya mulai pukul 18.00-20.00 WIB,” tuturnya.

Akibat limbah yang dibuang di Sungai Dawe bau tidak sedap tercium hingga radius 100 meter. Bahkan sumur warga yang tak jauh dari sungai juga sudah tercemar, air menjadi berbau dan keruh.

“Kasihan warga yang sumurnya tercemar harus membeli air isi ulang untuk kebutuhan minum harian,” imbuhnya.

Dia berharap agar dinas terkait mengambil tindakan tegas supaya pencemaran Sungai Dawe tidak terus berlanjut. Dia juga berharap agar pemilik usaha pembuatan tahu dapat menyadari hal ini dan lebih peduli lingkungan.

Ditambahkan Supaat, pembuangan limbah tahu ke Sungai Dawe sudah berlangsung sejak 1990 silam, Puncaknya warga yang jengkel akhirnya membuat surat penolakan pada 07 November 2017 lalu.

Bahkan warga yang geram tersebut mengancam akan menutupaliran Sunagi Dawe dengan tanah urug jika limbah tahu masih dibuang ke sungai. “Tapi nyatanya hal itu masih berlanjut hingga sekarang,” tukasnya.

Sebenarnya solusi untuk mengatasi pembuangan limbah tahu di Sungai Dawe sudah dikaji Dinas Perumahan Kawasan Pemukiman dan Lingkungan Hidup (PKPLH) Kudus, yang bekerja sama dengan Dosen Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Marry Christiyanto.

Dari hasil kajian itu membuat solusi dengan membangun 10 titik IPAL tahu agar Sungai Dawe tidak tercemar. Menurut Marry Christiyanto saat ini progres pembangunan IPAL tahu sudah terealisasi empat titik.

“Sementara yang sudah terbangun ada empat titik dari perencanaan semula 10 titik di Desa Karangbener, Kecamatan Bae,” paparnya.

Disebutkan pengusaha tahu yang sudah membuat IPAL yaitu Martono, Bekan dan Abdullah dengan ukuran 12 meter kubik, Didik Sudianto dan Khoirun dengan ukuran 20 meter kubik, serta Masykuri dengan ukuran 10 meter kubik.

“Selanjutnya nanti menyusul yang lain. IPAL yang telah terbuat bisa langsung dimanfaatkan. Selain untuk membuang limbah juga bisa dimanfaatkan untuk bio gas,” terangnya. (MK/WH)

KOMENTAR SEDULUR ISK :