825 Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan UMKU Kudus Diwisuda

oleh -1,712 kali dibaca

Kudus, ISKNEWS.COM – Universitas Muhammadiyah Kudus (UMKU) mewisuda sebanyak 825 mahasiswa dari Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) di Auditorium kampus, Rabu (20/11/2019).

Mereka terdiri 26 orang dari DIII Kebidanan. 122 orang dari S1 Keperawatan 386 orang dari S1 Keperawatan, 49 orang dari S1 Farmasi dan 242 orang profesi Ners.

Wisudawan terbaik diwisuda ke 23 kali ini diraih oleh Saffa Natus Zahirah dari prodi DIII Kebidanan (IPK 3.96), Prodi DIII Keperawatan yaitu Nadia Eka Oktaviana Putri (IPK 3.79). Prodi S1 Keperawatan Mahrita Diah Oktaviani (IPK 3.83). Prodi S1 Farmasi Uswatun Khasanah (IPK 3.64) dan Prodi Profesi Ners Jenni Suciyami Sarbini (IPK 3.83).

Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah yang diwisuda kali ini mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan tingginya animo masyarakat terhadap kampus yang dua tahun lalu benama Stikes Muhammadiyah Kudus

“Hal ini sebagai wujud animo masyarakat yang tinggi dan kepercayaan untuk belajar di UMKU,” ujar Rektor UMKU, Rusnoto, SKM, Mkes (Epid).

Dijelaskannya, untuk tahun ini total mahasiswa sebanyak 2300-an yang terbagi dalam semua program studi di UMKU. “Adanya kepercayaan dari Menristekdikti kepada UMKU sehingga di tahun 2018 program studi kami bisa ditambah menjadi 8 Prodi baru dan tahun 2019 ini tambah 6 Prodi baru lagi yang perkuliahannya akan dimulai September 2020 nanti,” ungkapnya.

Dijelaskannya Keunggulan utama kuliah di UMKU, selain mahasiswa mendapatkan kompetensi tentang kewirausahaan entrepreneur kompetensi terkait globalisasi dan digitalisasi serta kompetensi Al-Islam Kemuhammadiyahan yang berkemajuan.

”Dan dalam penyelenggaraan wisuda, UMKU senantiasa mengutamakan pelayanan kepada wisudawan dan keluarganya. Salah satu bentuknya, kami menyiapkan sarapan dan makan siang prasmanan untuk seluruh wisudawan beserta keluarga besar yang hadir saat wisuda,” terangnya.

Dala kutipan sambutannya, Rusnoto berpesan kepada mahasiswa-nya bahwa di era globalisasi seperti saat ini, persaingan pasar kerja semakin ketat. oleh karena itu para wisudawan tidak bisa hanya berfikir untuk mencari pekerjaan, akan tetapi harus berfikir untuk membuka lapangan pekerjaan.

Karena dengan terbukanya era pasar bebas, membuat persaingan pencari kerja semakin sengit, karena mereka ini tidak hanya harus bersaing dengan para alumni perguruan tinggi dalam negeri, tetapi juga para alumni dari perguruan tinggi luar negeri.

Secara umum, pemetaan serapan tenaga kerja diprediksi tidak akan sebanding dengan peluang kerja yang ada. Sementara itu kehadiran Revolusi Industri 4.0, semakin mempersulit keadaan para pencari kerja.

Pada Era disrupsi teknologi dan era berbasis cyber physical system ini, dipercaya akan mengurangi secara signifikan penggunaan tenaga manusia, Dan ini merupakan tantangan baru bagi para alumni perguruan tinggi. Bagaimanapun, kondisi ini sudah ada di depan mata, sehingga mau tidak mau, para alumni perguruan tinggi harus menghadapi semua tantangan ini demi masa depan mereka.

Tantangan ini tentu dirasa sangat berat, akan tetapi, dengan usaha, doa, dan bertawakkal kepada Allah SWT, Insya Allah apa yang di cita-citakan dapat terwujud.

Salah satu usaha yang harus dilakukan oleh para lulusan perguruan tinggi adalah dengan mengubah cara berfikir mereka dari berorientasi sebagai pencari kerja, menjadi pencipta lapangan kerja.

Oleh karena itu, Lanjut Rusnoto, para wisudawan memerlukan satu kompetensi khusus untuk bertahan dan bersabar dalam perjuangan, yaitu Adversity Quotient (AO).

Inilah yang dipahami sebagai kecerdasan menghadapi kesulitan atau hambatan, atau kemampuan bertahan dalam berbagai kesulitan hidup dan tantangan yang dialami. Seperti ungkapan dalam Bahasa Inggris “If you do not create a change, the change will create you yang diterjemahkan sebagai jika anda tidak menciptakan perubahan maka perubahan yang akan menciptakan anda. (AJ/YM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :