Ancaman Banjir Di Musim Hujan Kecamatan Jekulo, Waspadai Luapan Sungai Piji dan Sungai Logung

oleh -1,380 kali dibaca

KUDUS, isknews.com – Wilayah Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, termasuk diantaranya yang rawan banjir, pada setiap datangnya musim hujan. Tercatat ada empat desa di kecamatan itu yang menjadi dearah langganan banjir, yakni Desa Sadang, Bulung Cangkring, Bulung Kulon, dan Desa Gondoarum. Sehubungan dengan hal itu, masyarakat setempat diminta untuk mewaspadai Sungai Piji dan Sungai Logung, yang menjadi penyebab utama terjadinya banjir, teruatama yang tinggal di daerah aliran sungai (DAS).
Camat Jekulo, Eko Dwi Jatmiko, yang dihubungi isknews.com, Jumat (27/11), usai mengikuti upacara pembukaan Porkab, di halaman pendopo Kabupaten Kudus, mengatakan hal itu. Menurut dia, Sungai Piji dan Sungai Logung, bisa dipastikan setiap tahun meluap airnya, jika terjadi hujan di daerah atas, yakni di Gunun g Muria, karena memang dari sanalah aliran kedua sungai besar itu. “Kalau ditambah lagi dengan hujan di daerah bawah, debit air kedua sungai itu semakin besar, dan tidak akan mampu menampung. Akibatnya, kalau tidak mengakibatkan tanggul jebol, ya airnya limpas.”
Dia menerangkan, ada beberapa sungai lainnya, yang juga menjadi penyebab terjadinya banjir, seperti Sungai Tanjang, yang di Desa Bulung Cangkring, Dukuh Karangrowo, perbatasan dengan Desa Bulung Kulon, juga Sungai Jati, dan Sungai Poceho, yang merupakan aliran dari Sungai Piji dan Sungai Logung. “sebagian besar ruas sungai ini berada di tengah pemukiman penduduk, sehingga bencana banjir tidak bisa dicegah.”
Ancam Tiga RW
Sementara itu, menurut Sastro Diran, warga RT-01/RW-13, Dukuh Karangrowo, yang dihubungi terpisah, membenarkan kalau Dukuh Karangrowo, Desa Bulungcangkring, setiap tahun menjadi langganan bencana banjir, dan penyebabnya adalah air Kali Tanjang yang meluap. “Entah debit airnya yang terlalu besar, atau tanggul sungainya yang kurang tinggi.”
Namun yang jelas, di Dukuh Karangrowo itu, terdapat 13 RW dan 12 RT, yang terancam banjir, yang pada kejadian tahun lalu, ketinggian air di pemukiman mencapai 0,5 – 1 meter, dan di persawahan mencapai 1-2,5 meter. Kalau per RT ada sekitar 150 KK, maka ada hampir 600-700 jiwa yang rumahnya tergenang.
“Jika air mulai meninggi, sebagian besar warga mengungsi. Banjir di sini cukup lama, sampai 5-7 hari baru surut. Yang masuk ke rumah tidak hanya air, tapi juga lumpur, warga membutuhkan waktu lama membersihkan rumahnya, pasca terjadinya banjir,” jelas Sastro, yang mengaku mantan Ketua RW 14 Dukuh Karangrowo, Bulungcangkring. (DM)
Keterangan foto : Sastro Diran, menunjuk Sungai Tanjang, yang menyebabkan terajdinya bencana banjir, di Dukuh Karangrowo, Desa Bulungcangkring. (foto :DM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :