Kudus, isknews.com – Kawasan situs purbakala Patiayam di Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kudus kembali ditemukan fosil gajah purba Elepas, yang menurut penelitian para pakar hasil ekskavasi atas situs tersebut diperkirakan akan menjadi temuan yang paling istimewa dibanding penemuan yang telah ada sebelumnya.
Pasalnya menurut para pakar peneliti dari CPAS (Center for Prehistory and Austronesian Studies) Indonesia, Yayasan Pusat Studi Prasejarah dan Austronesia) BRIN serta Yayasan Dharma Bakti Lestari (YDBL). menyebut temuan ini diperkirakan masih lengkap dan akan menjadi temuan pertama yang spektakuler.
“Mulai dari gading, tulang rusuk, gigi dan lainnya. Selain itu juga ditemukan gajah purba Stegodon, yang diperkirakan utuh juga. Kami sangat berterima kasih dan mengapresiasi semangat dan dukungan yang diberikan pada kami,” jelas Direktur YDBL Lesatri Moerdijat, Sabtu (20/01/2024).
Temuan ini melibatkan para professor, peneliti senior pakar arkeologi, geologi, antropologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) hingga mahasiswa arkeolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM). Serangkaian kegiatan yang akan dilakukan, meliputi studi lapangan, survei, ekskavasi, dan analisis temuan sisa vertebrata di situs yang berumur hampir satu juta tahun yang lalu ini.
“Kegiatan ini melibatkan langsung pakar arkeologi Prof. Dr. Truman Simanjuntak yang sudah tahu seluk beluk Situs Patiayam sejak 1980,” terangnya.
Mereka melakukan penggalian serta penelitian sejak Senin (8/1/2024) hingga Minggu (2/1/2024). Situs Purbakala Patiayam Kudus diketahui memiliki segudang harta karun yang terpendam berusia jutaan tahun yakni ada dua jenis gajah purba stegodon dan elephas.
“Beda stegodon dan elephas itu, pada karakteristik fisiknya. Ukurannya, salah satu ciri khas yang menonjol itu pada gigi. Stegodon lebih rapi dan bagus, sementara elephas giginya ada renggangannya. Tapi badannya lebih besar gajah purba elephas,” jelasnya.
Dari hasil ekskavasi, Tim CPAS menemukan fosil gajah stegodon dan fosil kerbau di hari ke-11 penggalian fosil di Situs Purbakala Patiayam. Fosil tersebut masih famili dengan fosil gajah yang diduga hidup di lingkungan Patiayam.
Proses ekskavasi dilakukan pada Sabtu (20/1/2024). Ditemukan dua fosil di dua tempat berbeda yakni di Luwehan dan Bukit Slumprit. Tim segera memindahkan hasil temuan tersebut ke Museum Patiayam yang berjarak 5 kilometer dari lokasi.
Tahapan ekskavasi itu dipantau langsung oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kudus, Mutrikah dan pendiri Yayasan Dharma Bakti Lestari, Lestari Mordijat. Tak ketinggalan masyarakat Desa Terban, pelajar, Forkompincam dan penggiat pariwisata di Kudus, ikut menyaksikan proses tersebut.
“Situs Patiayam bukan hanya tempat terkuburnya tulang belulang fosil purbakala. Lebih dari itu, merupakan situs yang mampu mereproduksi kekayaan sejarah peradaban manusia yang dapat memperkokoh nilai-nilai kebangsaan,” ujar Lestari Mordijat yang juga wakil ketua MPR ini.
Rerie sapaan akrabnya mengatakan, situs Patiayam adalah situs purbakala yang luar biasa dengan nilai-nilai sejarah yang menyertainya. Di situs Patiayam yang berjarak 18 kilometer dari pusat Kota Kudus ini, arkeologi banyak menemukan fosil dan artefak yang diduga berusia ratusan ribu tahun.
Rerie mengakui, keberadaan situs Patiayam hingga saat ini belum mendapat status sebagai cagar budaya di tingkat nasional. Untuk menjadikan situs Patiayam menjadi cagar budaya nasional, merupakan kerja bersama untuk memperjuangkan kemanusiaan.
“Dengan status cagar budaya nasional, kita memiliki kesempatan lebih dalam untuk meneliti dan mengungkap kehidupan sejarah peradaban yang ada di Patiayam pada masa lalu,” imbuhnya.
Hasil dari penelitian mendalam terhadap situs purbakala Patiayam, Rerie berharap dapat membuka mata para pemangku kepentingan dan mengelola kawasan situs purbakala ini lebih jauh. Sehingga diharapkan mampu menghadirkan kesejahteraan bagi masyarakat sekitarnya.
Sementara itu, Tim BRIN Arkeologi, Muhammad Mirza Anshori menambahkan, timnya menemukan fosil jenis elephas sejenis fosil gajah.
Diduga hewan tersebut hidup dan mati di lokasi situs Patiayam. Tim tersebut terus berusaha menggali dan mengangkat fosil tersebut ke Museum Purbakala Patiayam.
Kedua fosil ditemukan usai penggalian sedalam lebih dari 2 meter. Menariknya, kedua fosil yang ditemukan itu diduga utuh dan mati di tempat dimana ditemukan di Luwehan dan Bukit Slumprit.
Dua lokasi ini menjadi fokus eskavasi para peneliti CPAS dan Yayasan Dharma Bakti Lestari.
Koordinator Tim Peneliti CPAS, Retno Handini mengakui bahwa proses eskavasi fosil tersebut sangat penting. Sebab dapat memberikan data terkini terkait penelitian di situs Patiayam.
“Situs Patiayam sebenarnya juga sudah banyak dikenal oleh arkeolog di kancah internasional. Namun sayangnya tidak banyak dikenal di dalam negeri,” tambahnya. (YM/YM)