Kudus, isknews.com – Kabar gembira bagi para pencinta kuliner seafood. Di Kudus, sudah ada olahan kepiting isi yang mana sampai cangkangnya bisa dinikmati. Satu-satunya dan pertama di Kudus, kuliner Kepiting Isi sudah dihadirkan oleh pengusaha home made dari Tingkrez Safaar Street Food.
Baru satu bulan memasarkan produk kepiting isi, pemilik Safaar Street Food, Risalatul Muawanah (25 tahun), mengaku sudah bisa menjamah pasar hingga Luar Jawa.
“Paling jauh kita ada di Gorontalo, Kalimantan, ada juga Aceh,” ujar Risa, sapaan akrabnya.
Sebelum mengolah produk miliknya sendiri, Risa sempat menjadi reseller kepiting isi dari store Semarang, Jawa Tengah. Dirasa tidak begitu memuaskan dan harganya cukup tinggi, dia berinisiatif untuk membuat kepiting isi sendiri dengan harga yang menurutnya lebih terjangkau.
“Kalau saya ambil dari Semarang kan, saya jualnya 90an ribu. Tapi kalau saya buat sendiri ini per porsi isinya ada 5 kepiting isi harganya 85,” katanya.
Selain harga yang lebih murah, isian kepiting isi yang diproduksinya juga lebih “bantet” dan berisi. Dimana, setiapa satu olahan kepiting isi akan diisi dengan 3 ekor daging kepiting atau setara dengan 50 gram daging kepiting.
Kemudian, saus yang biasa dijual di pasaran adalah saus sachet, Ris juga berinisiatif untuk membuat saus hasil racikannya sendiri. Menurut penuturannya, banyak review dari pembeli yang menyukai saus buatannya ketimbang saus dalam bentuk sachet.
“Ini makanan kan khas dari Bangka Belitung, jadi belum banyak yang jual di Jawa. Saya belajar masaknya juga lewat youtube dan coba-coba,” imbuhnya.
Beruntungnya, hasil coba-coba dengan modal pengalaman menjadi reseller kurang dari satu bulan ini, membuahkan hasil yang manis. Terlebih lagi, dia sudah memiliki sasaran pasar dan 6 reseller yang tersebut di berbagai kota.
Sehingga, tidak kurang dari satu bulan mengenalkan produk, Risa bisa meladeni hingga 6 pemesanan tiap harinya, baik di dalam kota maupun luar kota hingga luar Jawa.
“1 pesanan dari pembeli itu bisa 2-4 porsi,” ujarnya.
Untuk pemasaran sendiri, Risa masih mengandalkan via online, seperti shopee, instagram, dan facebook. Sementara toko offline, belum dipikirkan olehnya dalam waktu dekat. Sebab, untuk melayani pembeli via online masih dirasa kualahan.
“Yang paling banyak memang yang pesan dari shopee,” tandasnya.
Menariknya, untuk pengadaan cangkang kepiting ataupun rajungan dan dagingnya, didatangkan dari dua wilayah yang berbeda. Yang mana, untuk pemasokan cangkangnya dari Cirebon, Jawa Barat. Sementara daging kepitingnya dipasok dari Malang, Jawa Timur.
“Untuk suplayer (pemasok) cangkang dan daging kita pilih di dua lokasi itu, karena memang kesulitan untuk membelinya. Selain itu juga, kalau kita cari suplayer selain di sana, harganya itu mahal hingga bisa 2 atau 3 lipat dari harga di Cirebon dan Malang,” tambahnya.
Setiap harinya, Risa bisa memperoleh omzet hingga 8 juta, dengan memproduksi sekitar 500an porsi daging kepiting isi.
Lantaran tidak menggunakan bahan pengawet, olahan kepiting isi ini hanya bisa bertahan maksimal 1 bulan di lemari pendingin atau freezer.
Untuk variannya, ada kepiting isi daging kepiting, kepiting isi daging kepiting mix rajungan, tingkerz, cheezeroll. (MY/YM)