Kudus, isknews.com – Berbagai bentuk sosialisasi peruntukkan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) dilakukan agar lebih mengena. Salah satunya melalui seni tradisional pagelaran wayang kulit.
Bupati Kudus Hartopo menjelaskan kolaborasi dengan pelaku seni itu sekaligus nguri-uri budaya lokal.
“Kami di sini sosialisasi sekaligus membumikan kembali wayang kulit. Alhamdulillah warga di sini antusias semua,” ungkapnya saat membuka sosialisasi di Lapangan Desa Papringan Kecamatan Kaliwungu, Sabtu (3/6/2023) malam.
Hartopo menceritakan zaman dahulu, nanggap wayang kulit terbilang mahal. Hanya kalangan atas seperti lurah dan kepala desa yang mampu menggelar hajatan semalam suntuk itu.
Namun, wayang kulit saat ini justru makin tergerus zaman. Oleh karena itu, pihaknya ingin menyemarakkan kembali pagelaran wayang kulit.
“Dulu, hanya kalangan elit saja yang bisa nanggap wayang. Sekarang kok malah makin langka. Makanya kami bawa kembali wayang kulit biar makin eksis,” terangnya.
Selain itu, Hartopo menjelaskan alokasi dana cukai yang diterima Pemkab Kudus pada 2023 sebesar sekitar 238 miliar rupiah. Sesuai PMK 215/2021, dana itu dimanfaatkan 40 persen untuk pelayanan kesehatan, 50 persen untuk kesejahteraan masyarakat, dan 10 persen untuk penegakan hukum.
“Anggaran yang kami terima banyak. Penggunaannya diatur semua dalam Peraturan Menteri Keuangan,” lanjutnya.
Pelayanan kesehatan yang ditanggung DBHCHT salah satunya BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran (PBI). Fasilitas BPJS yang dibiayai pemerintah itu dapat dinikmati oleh masyarakat kurang mampu.
Ketua DPRD Kudus Masan membenarkan bahwa manfaat DBHCHT bisa dirasakan masyarakat melalui pelayanan kesehatan. Masan membeberkan dirinya bersama bupati terus meningkatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk masyarakat Kabupaten Kudus.
“Melalui DBHCHT ini, kami terus meningkatkan pelayanan kesehatan terbaik untuk masyarakat,” tandasnya.
Usai dibuka bupati, pagelaran wayang kulit dengan lakon Wahyu Cokro Ningrat dimulai. Penampilan Dalang Ki Tulus Wahyu Widodo disambut meriah oleh warga sekitar.
Yanti (40), salah satu warga Desa Papringan, terhibur dengan hadirnya wayang kulit. Dirinya juga senang karena bisa melihat langsung Bupati Kudus.
“Senang bisa lihat wayang kulit lagi. Bisa bertemu langsung juga dengan Pak Bupati,” ucapnya antusias.
(AS/YM)