Bupati Kudus “Panguwaosing migunaaken Basa Jawi mungging tiyang tiyang, saestu mrihatosaken”

oleh -1,004 kali dibaca

KUDUS, isknews.com – Bupati Kudus H Musthofa, mengatakan, jumlah orang yang menggunakan Bahasa Jawa, kalau dihitung secara merata, tidak kurang dari 100 juta orang, yang berdomisili di hampir semua wilayah Indonesia (di luar Pulau Jawa, terutama di dearah transmigrans). Kondisi seperti itu, memberikan gambaran atau pertanda Bahasa Jawa bakal tetap lestari. “Sinaosa makaten,”Sinaosa makaten, panguwaosing ketrampilan migunaaken Basa Jawi, mungging tiyang-tiyang menika, saestu mrihatosaken.”  (Meskipun demikian, masih ada sebagian orang atau warga masyarakat yang pengusaaan ketrampilan menggunakan Bahasa Jawa sungguh memprihatinkan).

Hal itu disampaikan, dalam acara Pendidikan dan Pelatihan Bahasa Jawa Bersama Bupati Kudus H Musthofa, di auditorium Universtas Muria Kudus (UMK), Kamis (1/10). Acara yang penyelenggaraannya ditangani event organizer CV Bahtera Wijaya Perkasa, Temanggung, dengan tema Bahasa Jawa Sebagai Wahana Pembelajaran Pekerti Bangsa itu, diikuti oleh kepala SKPD terkait, Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan, kepala sekolah, dan para guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa, dari mulai SD hingga SMU, yang jumlah seluruhnya sekitar 500 orang.
Bupati H Musthofa sebagai pembicara utama, membawakan makalah diklat berbahasa Jawa, dengan judul Nasibe Basa Jawa, dan Nguri-uri Ngrembakaake Bahasa Jawa dan Susastra Jawa. Pembicara lainya adalah, Kanjeng Ratu Raden Ayu (KRRA) Budayaningrat, dari Keraton Surakarta, dengan makalahnya yang diberi judul, Sumbangsih Keraton Surakarta Hadiningrat, Dhumateng Lestarinipun Budaya Jawi Saha Sastra Jawi.

Dijelaskan lebih lanjut oleh bupati, sewaktu meggunakan Bahasa Jawa, cara pengucapannya banyak yang keliru, tidak pas dan tepat. Pemilihan dan penyusunan kalimat banyak yang tidak sesuai. Kondisi seperti itu, menunjukkan adanya permasalahan yang lumrah terhadap bahasa yang hidup di tengah-tengah masyarakat yang beragam warna kulit dan beragam bahasa (multi entik dan multi tunggal). “Basa Jawi mboten saged uwal lan endha, utawi ngandhani dayaning basa-basa sanes ing sekering-kananipun.”

Terkait dengan saling bersentuhannya antara bahasa yang satu dengan bahasa lainnya, tentu akan saling bersinergi, sehingga pada gilirannya akan memunculkan kata-kata baru, bahkan mmungkinkan interferensi beberapa bahasa di wilayah margologi, sintaktis dan lain-lain. Sejatinya, kekuatan satu bahasa ke bahasa lainnya, tidak selamanya berakibat tidak baik, atau bahkan membuat rusaknya bahasa. “Menawi bab menika dipun pihati kanti wicaksono, sok sok awit saking dayaning basa sanes, malah ndadosaken satunggaling basa, dados langkung jangkep, aspiratif lan lestantun, gesang ngrembaka,” tegas Musthofa. (DM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :