Kudus, isknews.com – Lonjakan kasus demam berdarah dengue (DBD) yang menelan korban jiwa dalam beberapa bulan terakhir mendorong Rumah Sakit Islam (RSI) Sunan Kudus untuk memperkuat edukasi kepada masyarakat. Salah satu upaya pencegahan yang ditekankan adalah penerapan gerakan 3M Plus secara konsisten di lingkungan tempat tinggal.
3M Plus adalah program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) untuk mencegah demam berdarah dengue (DBD). 3M Plus merupakan singkatan dari Menguras, Menutup, dan Mendaur Ulang.
Langkah-langkah tambahan (Plus) nya yakni Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk, Menggunakan kelambu saat tidur, Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk, Menanam tanaman pengusir nyamuk, Memasang kawat kasa pada jendela dan lubang ventilasi
Kemudian melakukan gotong royong untuk membersihkan lingkungan secara bersama, Memberikan larvasida pada penampungan air yang sulit dibersihkan dan Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar.
Direktur RSI Sunan Kudus, dr. Ahmad Syaifuddin menyampaikan bahwa sejak Januari hingga Maret 2025, pihaknya mencatat sebanyak delapan pasien DBD meninggal dunia. Rinciannya, pada Januari terdapat empat kematian dari 68 pasien yang dirawat, Februari tiga kematian dari 34 pasien, dan Maret satu kematian dari 33 pasien.
“Tren kematian akibat DBD di RSI sudah berlangsung sejak Oktober 2024. Totalnya hingga Maret 2025, kami mencatat 15 kasus kematian akibat DBD,” jelas dr. Ahmad saat konferensi pers, Senin (15/4/2025).
Mayoritas pasien yang meninggal merupakan warga Kudus, dengan beberapa lainnya berasal dari Jepara dan Demak. Usia pasien juga bervariasi, mulai anak-anak usia tiga tahun hingga lansia berusia 67 tahun. Beberapa di antaranya diketahui memiliki komorbid, seperti diabetes dan stroke.
Meningkatnya kasus DBD membuat RSI Sunan Kudus mengimbau masyarakat untuk aktif melakukan pencegahan melalui langkah sederhana namun efektif, yaitu 3M Plus. Gerakan ini mencakup menguras tempat penampungan air, menutup wadah air, dan memanfaatkan kembali barang bekas yang bisa menjadi tempat nyamuk berkembang biak. “Plus”-nya berupa langkah tambahan seperti menggunakan kelambu, obat nyamuk, hingga menjaga kebersihan lingkungan.
“Kami minta masyarakat tidak abai. Perubahan cuaca yang tidak menentu membuat nyamuk Aedes aegypti mudah berkembang biak. Pencegahan harus dimulai dari rumah,” tegasnya.
Selain DBD, RSI juga mengantisipasi kemungkinan munculnya kasus Chikungunya yang mulai terdeteksi di sejumlah wilayah di Kudus. Gejala awalnya yang mirip dengan DBD sering menimbulkan keraguan dalam diagnosa awal.
dr. Ahmad menambahkan bahwa pihaknya telah meningkatkan kewaspadaan di unit gawat darurat, termasuk memperketat prosedur pemeriksaan bagi pasien dengan gejala demam dan penurunan trombosit.
“Kami diimbau oleh Dinas Kesehatan untuk lebih cermat. Pemeriksaan lanjutan sangat diperlukan agar diagnosa tidak keliru, apalagi jika gejalanya tumpang tindih dengan penyakit lain,” tandasnya.
Dengan semakin meningkatnya risiko penyebaran penyakit yang dibawa nyamuk, RSI Sunan Kudus mengajak masyarakat untuk tetap waspada, menjaga kebersihan lingkungan, dan segera memeriksakan diri jika mengalami gejala demam berkepanjangan. (AS/YM)