Kudus, isknews.com – Program tabungan kegiatan siswa di SMP Negeri 1 Mejobo, Kabupaten Kudus, menuai sorotan publik usai viral di media sosial. Kritik muncul setelah sebuah unggahan di Facebook Info Seputar Kudus Terbaru pada 24 Mei 2025 mempertanyakan transparansi pengelolaan tabungan yang ditarik Rp 75 ribu per bulan per siswa sejak kelas 7 hingga kelas 8.
Dalam unggahan tersebut disertakan foto sekolah dengan narasi bahwa tabungan yang diklaim untuk keperluan study tour justru masih dikenai penarikan tambahan. Warganet pun mempertanyakan penggunaan dana yang jika diakumulasi dinilai seharusnya cukup untuk menutup biaya kegiatan.
Dalam tulisannya, “Dari kelas 7 sampai 8 dua tahun Nabung 75 rb perbulan katanya biaya utk study tour, kok malah ditarik lagi biaya. Di minta transparan rincian tabungan selama 2 tahn tdk bisa menunjukkan.”
Menanggapi hal tersebut, Kepala SMPN 1 Mejobo, Sutrisno, saat dikonfirmasi pada Senin (26/5/2025), menjelaskan bahwa unggahan tersebut dipicu oleh kesalahpahaman antara sekolah dan orang tua siswa.
“Tabungan itu tidak hanya untuk study tour. Ada banyak kegiatan lain yang sudah dibiayai melalui tabungan siswa seperti Rebo Wekasan, pembuatan kalender sekolah, Isra’ Mi’raj, hingga pembagian takjil saat Ramadan,” jelasnya.
Sutrisno menambahkan bahwa biaya study tour ke Jakarta yang direncanakan berlangsung pada 3–5 Juni 2025 mencapai sekitar Rp 925 ribu. Karena dana tabungan belum mencukupi, pihak sekolah menarik tambahan biaya sebesar Rp 65 ribu dari masing-masing siswa yang ikut.
“Tapi ini tidak diwajibkan. Ada sistem subsidi silang bagi siswa yang kurang mampu, agar semuanya tetap bisa ikut,” imbuhnya.
Ia menegaskan, program tabungan ini justru bertujuan menghindari penarikan mendadak untuk berbagai kegiatan sekolah. Total ada sekitar 900 siswa dari kelas 7 hingga 9 yang mengikuti program tersebut. Dana yang tersisa untuk siswa kelas 9 nantinya akan digunakan untuk kegiatan perpisahan.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga (Disdikpora) Kudus, Harjuna Widada menyatakan telah melakukan mediasi terkait persoalan ini. Dalam pertemuan di kantor Disdikpora pada Senin (26/5), turut hadir Kepala SMPN 1 Mejobo, seorang siswi kelas 9 yang diduga terlibat dalam unggahan viral tersebut, serta orang tuanya.
“Masalahnya sudah selesai. Siswi dan orang tuanya sudah datang, dan telah dijelaskan semuanya secara baik-baik,” ujar Harjuna.
Pihak Disdikpora meminta sekolah agar menyampaikan secara transparan rincian penggunaan dana tabungan kepada wali murid saat pengambilan rapor nanti.
“Harus dijelaskan rinciannya, mulai dari penggunaan dana untuk kalender, Rebo Wekasan, hingga class meeting dan tabungan study tour. Bila ada kelebihan, ya dikembalikan ke wali murid. Kalau ada kekurangan, juga harus dikomunikasikan secara terbuka,” tegas Harjuna.
Dengan adanya klarifikasi dan arahan dari dinas, pihak sekolah diharapkan bisa lebih transparan agar tidak terjadi lagi kesalahpahaman serupa di kemudian hari. (AS/YM)