Kudus, isknews.com – Ribuan peserta dari berbagai daerah di Indonesia datang dengan mimpi yang sama: ingin mendapat tiket menuju karantina PB Djarum pada tahap audisi langsung di lapangan yang berlangsung 8 – 12 September 2025.
Dari kerumunan itu, ada satu gadis kecil asal Manado yang berhasil mencuri perhatian. Namanya Nagita Nadila Posumah, bocah delapan tahun binaan PB Naushad Kota Manado.
Nagita turun di kategori U-11 Putri dan sempat melangkah hingga babak 32 besar. Sayang, langkahnya terhenti lebih cepat dari harapan. Namun justru di situlah kisah indah bermula.
Tim Pencari Bakat melihat performanya yang penuh energi, gerakan yang lincah, serta semangat pantang menyerah. Dari mata tajam mereka, Nagita dinilai layak mendapat kesempatan. Ia pun diganjar Super Tiket Pilihan Tim Pencari Bakat.
Audisi ini menjadi pengalaman pertama bagi Nagita. Meski baru kali pertama mencoba, ia langsung mencatatkan hasil yang membanggakan.
“Latihannya fisik, drilling, teknik dasar, pokoknya ada saja yang harus dipelajari setiap hari,” ujar Nagita dengan polos.
Sejak kelas 1 SD, di usia enam tahun, Nagita sudah jatuh cinta pada bulu tangkis. Kini, menjelang ulang tahunnya yang kesembilan pada November nanti, ia bersiap menjalani tantangan baru: tinggal jauh dari keluarga selama sebulan penuh dalam karantina PB Djarum.
“Senang, walau nanti jauh dari mama,” katanya lirih.
Namun ada cerita lain yang membuat kisah ini lebih menyentuh. Nagita ternyata adalah anak kembar. Sang kakak, Nacita, juga ikut audisi yang sama, namun belum berhasil melaju. Begitu tahu adiknya mendapat tiket, Nacita tak kuasa menahan tangis.
“Iya, memang sedih, tapi kami tetap semangat. Kami bersyukur sekali Nagita bisa lolos. Ini kesempatan besar yang tidak semua anak dapatkan,” tutur sang ibu dengan mata berkaca-kaca.
Sang ibu pun mengakui ada perasaan campur aduk. Di satu sisi bangga karena putrinya terpilih, namun di sisi lain harus rela berpisah untuk sementara waktu.
“Sedih ada, tapi juga bangga. Yang penting anak sehat, kuat, dan bisa menjalani semua proses. Harapan kami, Nagita kelak bisa berguna bagi bangsa dan negara,” ucapnya penuh harap.
Dukungan penuh juga diarahkan kepada Nacita agar tetap bersemangat.
“Kami support, kami kasih motivasi biar bisa semangat lagi. Semoga jadi penyemangat untuk adeknya juga,” tambah sang ibu.
Meski kecil, Nagita sudah punya panutan. Ia mengidolakan Gloria Emanuelle Widjaja.
“Suka aja lihat Kak Gloria main,” ujarnya singkat, sambil tersenyum malu-malu.
Kisah Nagita bukan sekadar tentang tiket menuju karantina. Ia adalah simbol dari kerja keras, dukungan keluarga, dan mimpi besar yang dititipkan pada tubuh mungil seorang anak. Dari Manado ke Kudus, langkah pertamanya sudah ditorehkan.
Selebihnya, tinggal bagaimana ia mengubah kesempatan ini menjadi jalan panjang menuju masa depan di bulu tangkis Indonesia. (YM/YM)