Kudus, isknews.com – Musim penghujan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kudus memperkuat kesiapan menghadapi bencana alam dengan membentuk 68 Desa Tangguh Bencana (Destana) di sembilan kecamatan. Upaya ini merupakan langkah strategis untuk meminimalisir dampak dari bencana alam yang sering terjadi saat musim penghujan.
Kalakhar BPBD Kudus, Mundir, menjelaskan bahwa dari 132 desa dan kelurahan yang ada di Kabupaten Kudus, sebanyak 54,6 persen atau 68 desa telah resmi menjadi destana.
“Dengan terbentuknya destana ini, kami kini memiliki lebih dari separuh desa yang siap siaga dalam menghadapi ancaman bencana,” ujar Mundir, Selasa (12/11/2024).
Sebagai desa tangguh bencana, setiap desa telah mendapatkan Surat Keputusan (SK) resmi serta pelatihan intensif untuk meningkatkan kemampuan mitigasi bencana.
Pelatihan ini mencakup pembuatan dokumen kajian risiko bencana serta pendampingan selama 2-3 hari yang melibatkan fasilitator dari BPBD Kudus dan Forum Relawan Penanggulangan Bencana (FRPB).
Beberapa desa yang menjadi Destana di antaranya adalah Karangrowo, Cranggang, Wonosoco, dan Tumpangkrasak. Mundir menekankan pentingnya kolaborasi seluruh elemen masyarakat dan pihak terkait untuk mengatasi ancaman bencana. “Kami juga mengimbau seluruh OPD, instansi terkait, hingga perusahaan agar berpartisipasi dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana,” jelasnya.
Selain pembentukan Destana, BPBD Kudus juga telah mengimplementasikan teknologi deteksi dini bencana, seperti Early Warning System (EWS) untuk tanah longsor.
Saat ini, alat EWS dipasang di dua desa rawan longsor, yaitu Desa Menawan dan Desa Japan. Mundir menyebutkan bahwa wilayah rawan longsor terutama berada di Kecamatan Gebog, termasuk Desa Rahtawu, Dukuhwaringin, dan Tergo.
Di sisi lain, untuk mengantisipasi potensi banjir, BPBD Kudus telah melakukan pengerukan di sejumlah titik sungai, khususnya di kawasan yang berbatasan dengan Kecamatan Undaan dan Kecamatan Mejobo. Pengerukan ini diharapkan dapat memperlancar aliran sungai dan mengurangi risiko banjir yang sering terjadi di musim hujan.
Dengan adanya Destana dan langkah-langkah mitigasi lainnya, BPBD Kudus berharap dapat memperkuat kesiapsiagaan desa-desa dalam menghadapi bencana alam. Program ini juga menjadi bentuk nyata dari upaya pemerintah dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penanggulangan bencana, demi mengurangi risiko dan dampak kerugian yang mungkin timbul. (AS/YM)