Dhandangan, Ekspresi Suka Cita Warga Kudus Sambut Ramadhan

oleh -1,410 kali dibaca
Dhandangan ekspresi suka cita warga Kudus sambut Ramadhan (Foto: YM)

Kudus, isknews.com  – Seperti pagelaran visualisasi Dandhangan pada tahun-tahun sebelumnya, pertunjukan seni drama dan tari yang menyuguhkan kisah awal-awal tradisi dhandangan berkembang di Kota Kretek, Sore tadi berlangsung dengan apik dan meriah, sesekali ditingkah dengan aksi-aksi lucu dari para seniman muda milenial yang menjadi pembawa acara pentas yang di tunggu-tunggu warga kota kretek ini.

Ya, ratusan masyarakat berbondong-bondong mendatangi Alun-alun Simpang Tujuh Kudus untuk menyaksikan pentas visualisasi Dhandangan 2019 serta simbolisasi pemukulan beduk oleh Bupati Kudus, yang menjadi pertanda masuknya bulan Ramadhan. Oleh masyarakat Kudus, tradisi yang digelar pada H-1 Ramadhan ini dikenal dengan nama dandhangan.

Sebelumnya, Iring-iringan terbang papat dan tari Gusjigang dari Sanggar Tari Puring Sari, menjadi sebuah sajian pembuka yang apik. Acara kian meriah saat Arie Koesmiran hadir dengan grup vocal Azzahra menghibur masyarakat Kudus dengan suara merdunya.

Dilanjutkan dengan sajian teatrikal Visualisasi Dandhangan yang diperagakan oleh teater Jangkar Bumi dan Ligan Culture Comunnity kelompok musik Swa Tantu, dengan sutradara Leo Katarsis, dan Warih Banyu Wewe seolah membawa masyarakat ke dalam kemeriahan tradisi dandhangan di masa lampau.

Plt Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kudus, Rahmah Hariyanti dalam sambutannya mengegaskan tradisi dandangan sudah menjadi bagian jati diri masyarakat Kudus. Melalui tradisi ini masyarakat kota kretek mengekspresikan kegembiraannya menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.

“Kita berharap tradisi ini tidak sebagai acara ceremonial saja, namun kita sebagai generasi penerus harus melestarikan budaya warisan dari para leluhur kita. Selain itu kegiatan ini merupakan bagian dari wisata yang ada di Kabupaten Kudus,” katanya.

Secara singkat Rahmah menceritakan, tradisi dandhangan bermula dari kebiasaan masyarakat di masa Sunan Kudus. Dimana setiap menjelang bulan Ramadhan, masyarakat dari berbagai penjuru berkumpul di Masjid Menara untuk menyaksikan pemukulan beduk oleh Sunan Kudus.

Suara tabuhan beduk yang bernadakan dhang-dhang-dhang inilah yang kemudian dinamakan Dandhangan. Dan kini berkembang menjadi sebuh tradisi yang begitu lekat dengan masyarakat Kudus setiap kali bulan puasa tiba.

“Jika pada zaman kasunanan, masyarakat berkumpul di Menara untuk menyaksikan pemukulan beduk oleh Sunan Kudus. Berkembangnya zaman, kini budaya tersebut terus kita pelihara melalui sajian kegiatan visualisasi dandhangan ini,” jelasnya.

Imbuhnya, “Marilah tradisi yang sudah ada ini kita jaga dan lestarikan dengan baik,”

Bupati Kudus, HM Tamzil yang hadir dalam kesempatan tersebut mengajak masyarakat untuk berbahagia menyambut datangnya bulan ramadhan.

“Tradisi Dhandhangan ini di isi dengan pendirian stan stan produk lokal dimana saudara saudara kita menjajakan dagangannya kepada masyarakat dan juga adanya hiburan permainan utk anak anak,” ujarnya.

Dandhangan ini namanya hanya ada di kudus sebagai pertanda kita menyambut Bulan Suci Ramadhan.

“Acara ini sebagai tanda bahwa pada masa dulu belum ada sound system,Tv ,sosmed dan hanya ada bedhug sebagai tanda menyambut Ramadhan, Insyaallah Nanti malam akan ada pengumuman resmi dari Kemenag RI untuk mengumumkan awal Bulan Suci Ramadhan dan mari kita sambut dengan bahagia datangnya Bulan Suci Ramadhan, semoga di Bulan Suci ini kita selalu diberi kesehatan dan masalah masalah yang kita hadapi dapat terselesaikan,” ungkapnya.

Di Bulan Suci Ramadhan ini kita perbanyak ibadah dan amal yang sholeh seperti memberikan santunan kepada anak yatim.

“Melalui rasa suka cita yang kita ekspresikan dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan ini. Semoga masalah-masalah kita bisa diselesaikan oleh Allah SWT. Serta bisa diberi kekutan untuk menjalankan ibadah di bulan ramadhan,” pungkas dia. (YM/YM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :

No More Posts Available.

No more pages to load.