Didik Nini Thowok, Maestro Dibelakang Mahakarya Tari Semi Kolosal Cahya Nojorono

oleh -2,276 kali dibaca
Maestro Tari Nasional Didik Nini Thowok (Foto: YM)

Kudus, isknews.com – Sang maestro tari Indonesia Didik Nini Thowok tampil di panggung Kontempelasi Mahakarya Caping Kalo, Kabupaten Kudus. Penampilannya yang membawakan tarian legendaris ciptaanya Dwi Muka sukses menyedot decak kagum dari penonton yang hadir untuk menyaksikan peluncuran tari semi kolosal Cahya Nojorono dalam even Kontemplasi Mahakarya Caping Kalo di halaman Pendopo Kabupaten Kudus.

Didik Nini Thowok menampilkan ragam tarian tradisional, tidak hanya tari tradisional Indonesia namun Ia juga mengemas tarian mancanegara dalam konsep yang megah. Tarian solo itu pun banjir tepuk tangan dari para penonton.

Salah satu tarian yang khas dibawakan oleh Didik Nini Thowok yakni Tari Dwi Muka. Tarian ini dibawakan dengan apik oleh sang maestro, hingga membuat panggung mahakarya di depan Pendapa Kabupaten Kudus, menjadi khidmat.

Didik juga membawakan tarian bali yang tidak kalah apik. Lenggak-lenggok gerakannya menunjukkan betapa lihainya Ia dalam seni tari. Lengkap dengan kostum dan akesesoris hingga nuansa Bali yang ditampilkan dalam layar.

Didik Nini Thowok mengatakan bahwa kedatangannya ke Kudus, merupakan sebuah kolaborasi antara dirinya dengan PT Nojorono Tobacco International dalam mempersembahkan mahakarya caping kalo.

Caping kalo sendiri merupakan aksesoris kepala, yang dulunya dipakai oleh kaum wanita dalam kesehariannya pergi ke pasar maupun ke sawah. Namun, seiring perkembangan zaman, caping kalo mulai ditinggalkan dan terancam punah.

Sang Maestro pun membeberkan bahwa Ia berkesempatan menciptakan Tarian Cahya Nojorono bersama perusahaan rokok setempat, yang didalamnya juga membubuhkan caping kalo dalam kostum tarinya.

“Khusus caping kalo ini saya tangani sendiri, karena kalau bicara seni itu adalah rasa,” katanya pada press conference dengan awak media jelang malam peluncuran tari Cahya Nojorono, Sabtu (27/04/2024).

Ia juga ingin menanamkan kecintaan pada kaula muda untuk tekun belajar dalam hal apapun. Termasuk mencintai budaya lokal, seperti caping kalo ini. Karena, yang akan mewarisi budaya itu adalah para kaula muda saat ini.

“Saya munculkan juga dalam Tari Cahya Nojorono itu ada tokoh yang namanya juga Nojorono, sebagai cerminan dari Nojorono itu sendiri,” tuturnya.

Sementara itu, salah satu penonton asli Kudus, Tiara mengaku sengaja hadir khusus untuk melihat penampilan Didik Nini Thowok. Ia sendiri sudah menyukai sang maestro tari itu sejak kecil dan menjadikannya sebagai role model.

“Saya dulu pas kecil suka nari, jadi memang role modelnya eyang Didik. Senang sekali bisa lihat penampilannya secara langsung,” katanya. (YM/YM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :

No More Posts Available.

No more pages to load.