Kudus, isknews.com – Di Indonesia, keberadaan gula kelapa atau coconut sugar masih terbilang jarang peminat. Justru, produk ini laris manis di pasar internasional yang mayoritas menerapkan pola hidup sehat (healthy life).
Gula kelapa diklaim memiliki indeks glikemik atau glukosa rendah. Biasanya, gula yang satu ini dijadikan sebagai pengganti gula tebu.
Proses pembuatannya juga cukup mudah, namun memakan waktu cukup lama. Gula ini berasal dari nira kelapa setelah berumur 8 tahun atau 4 tahun untuk kelapa hybrid.
Nira kelapa diambil untuk kemudian direbus sanlai menjadi karamel. Kemudian ditaruh ke dalam cetakan dan dibiarkan hingga mengeras. Gula kelapa pun sudah jadi.
Perbedaan gula kelapa dengan gula tebu, selain dari bahan dasar yang digunakan, juga kandungan indeks glikemik pada gula kelapa lebih rendah. Begitupun, dengan gula aren yang bahan dasarnya berasal dari pohon aren.
Rasa dari gula kelapa ini juga terbilang lebih legit dari gula lainnya. Harganya pun jauh lebih tinggi, lantaran untuk menghasilkan 1 kilogram gula kelapa harus menyasar 3 pohon kelapa. Bila gula tebu dijual seharga Rp 18 ribu perkilonya, gula kelapa bisa laku Rp 90 ribu-an perkilonya.
Marketing Internasional CV HBM penghasil produk Gula Kelapa Rainafa, Husein Zakir (23 tahun), menyebut, gula kelapa memang lebih mudah dipasarkan di luar negeri. Bahkan saat ini, sudah ada 11 negara yang menjadi langganan gula kelapa produksi pabrik di Gebog, Kudus ini.
“Karena biasanya yang memakai gula kelapa ini adalah yang menerapkan healthy life,” ujarnya Husein.
Untuk mengahasilkan produk gula kelapa, pihaknya menyebut, telah bekerjasama dengan sekitar 2000 petani, yang tersebar di Purbalingga, Cilacap, Banyumas, dan Purwokerto.
Dari petani, pihaknya melimpahkan proses pembuatan gula kelapa mulai dari pengambilan nila hingga jadi gula kelapa. Kemudian, dibawa ke pengepul dan akhirnya sampai kepadanya.
“Tujuan kita juga memperdayakan para petani, karena di Kudus sendiri kita belum bisa masok lantaran belum ada potensi,” katanya.
Sampai di pabrik Kudus, lalu dilanjutkan dengan proses pengovenan gula kelapa, penyaringan, packing, dan pengiriman produk ke berbagai wilayah.
“Kita penyaringan lakukan 2 kali supaya benar-benar higenis dan yang keluar itu hanya butiran gula kelapa tanpa campuran apa-apa,” tandasnya. (MY/YM)