Dimeriahkan dengan Tari Sufi Kecamatan Mejobo Menjadi Penutup Dakwah di Kabupaten Kudus

oleh -1,489 kali dibaca

KUDUS, isknews.com – Kegiatan Roadshow Dakwah Meneladani KHR Asnawi yang digelar keluarga besar Qudsiyyah Kudus dimeriahkan dengan tari sufi diiringi dengan rebana Al Mubarok Qudsiyyah. Kegiatan berbentuk pengajian umum yang dilaksanakan di halaman masjid Suryawiyyah Desa Kirig Kecamatan Mejobo pada Minggu (15/5) malam berlangsung sangat meriah dengan dihadiri sekitar 5.000 pengunjung.

Kegiatan di kecamatan Mejobo tersebut merupakan putaran terakhir kegiatan roadshow dakwah dalam rangka peringatan satu abad Qudsiyyah, yang dilaksanakan di Kabupaten Kudus. Sebelumnya, kegiatan serupa telah berlangsung di Kecamatan Dawe, Bae, Undaan, Kaliwungu, Jekulo, Gebog, dan Jati. Berikutnya kegiatan serupa akan dilaksanakan di luar Kudus, yakni di Demak, Jepara, Semarang, Yogyakarta dan Jakarta.

Dalam mauidhohnya, KH Nor Halim Ma’ruf menyampaikan, agar generasi sekarang mengikuti dan menggali model-model dakwah yang dilakukan para pendahulu.

“Jasa-jasa para ulama terdahulu, jasa Mbah Kyai Raden Asnawi dalam berdakwah mengembangkan Islam begitu besar,” kata beliau.

Ia menambahkan, para ulama terdahulu begitu ikhlas berjuang mengembangkan Islam dengan ajaran yang santun dan penuh makna.

Ia berharap generasi sekarang mampu meneladani dan mengambil hikmah serta meneruskan perjuangan para sesepuh.

“Orang-orang yang sholeh bahagia jika didoakan terutama oleh orang yang mereka cintai ketika masih hidup di dunia,” ungkap beliau.

Kyai Halim menyakinkan para hadirin bahwa orang-orang yang telah meninggal justru lebih mendengarkan daripada manusia yang masih hidup.

“Alangkah bahagia beliau-beliau di alam sana melihatpara muridnya meneruskan perjuangan dalam berdakwah,” pungkas kyai Halim.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh KH. Idham Kholid. Muballigh dari Demak ini menjelaskan bahwa masyayikh Qudsiyyah, seperti Kyai Yahya Arif, Kyai Ma’ruf Asnawi, Kyai Ma’ruf Irsyad dan Kyai Jasin Djalil juga bahagia melihat para penerusnya. Beliau begitu berterima kasih atas berkah dari para guru-gurunya yang telah terdahulu.

“Meskipun Mbah Asnawi, para kyai kita tidak secara resmi menjadi pahlawan nasional, tetapi jasa-jasa beliau dalam berdakwah dan menanamkan jiwa anti-penjajah dalam pendidikan di Qudsiyyah adalah menjadi pahlawan bagi kita,” aku kyai Idham.Kyai Idham menambahkan, perjuangan Mbah Asnawi ketika itu, ketika awal pendirian Qudsiyyah tahun 1919 adalah perjuangan yang berat, karena saat itu adalah saat penjajahan oleh Belanda.

“Tugas kita generasi sekarangm generasi yang sudah merdeka untuk meneruskan perjuangan beliau-beliau,” tambahnya.Pengajian malam itu juga memperingati Haul mbah Said, yang merupakan tokoh agama dan spiritual dari Desa Kirig.

Sebelum acara puncak digelar Ahad malam, panitia juga mengagendakan kegiatan rohani dan seni. Ada 4 (empat) kegiatan untuk pra acara, yakni ziarah ke makam Mbah Asnawi dan mbah Said, Khataman al-qur’an bil-Ghoib dan bin-Nadhor, serta festival khadrah (rebana).

Kegiatan khataman dilakukan dua kali, yang pertama pada Kamis (9/5) diMakam mbah Said. Uniknya kegiatan ini diikuti oleh warga setempat yang tergabung dalam paguyuban Sopir Desa Kirig yang beranggotakan 150 anggota. Kedua kalinya khataman dilakukan denganhapalan (bil-Ghoib), dilaksanakan pada Sabtu (14/5) oleh 20 peserta. Khataman tidak dilakukan dalam satu tempat, tetapi terbagi di Rumah mbah Said, Makamnya dan Masjid Suryawiyyah.Siang hari-H (15/5) dilaksanakan festival khadrah yang diikuti 10 jamiyyah rebana dari Kudus dan Pati. Kegitan berlangsung sangat ramai mulai jam 10 pagi hingga sore. 3 (tiga) grup terbaik mendapatkan trophy dan uang pembinaan dari panitia. (GP/MQ)

KOMENTAR SEDULUR ISK :