Distanpangan, Bulog Dan TNI Gelar “Rakor Upsus Pajale Dan Sergap”

oleh -1,095 kali dibaca

Kudus,isknews.com – Ketahanan pangan sangat mempengaruhi politik di Indonesia hal ini disebabkan apabila stok beras tidak ada maka diprediksikan akan potensial terjadi konflik nasional, Konsekuensi politik Indonesia tidak impor beras adalah Negara harus mengeluarkan  (upaya khusus) untuk mendukung para petani didaerah, Demikian disampaikan oleh Drh. Harudi, Kepala Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan (BBPKH) Cinagara yang hadir bersama Kepala Pusat Data Dan Informasi Kementerian Pertanian RI ketika menjadi narasumber pada Rapat Koordinasi di ruang pertemuan lantai IV Setda Kab.Kudus tentang Upaya Khusus (Upsus) Pajale (Padi, Jagung dan Kedelai) dan serap gabah Asli petani (Sergap) Kab.Kudus tahun 2017 yang diselenggarakan oleh Distanpangan Kab.Kudus, Rabu (12/4/17 )

Program Upsus Pajale dan Sergap dimaksudkan guna menjaga stabilitas harga dan menjamin ketersediaan beras setahun kedepan. selain Bulog, instansi lain seperti TNI dan Dinas Pertanian juga ikut dilibatkan. Selanjutnya, Agar optimalisasi penyerapan beras tersebut berhasil seperti yang diharapkan,  serta pengawalan pendampingan Upsus Pajale yang merupakan bentuk perlindungan negara kepada petani, agar pemerintah mampu menyerap 20 persen gabah petani dengan harga sesuai aturan dan menekankan agar kualitas beras bisa baik. “Para anggota Babinsa TNI juga bertugas Menyampaikan kepada Gapoktan apabila bulog tidak mampu memenuhi stok beras nasional dan oleh sebab itu maka mau tidak mau kita harus impor beras guna menjaga stabilitas nasional” ujarnya.

Dalam rakor yang dihadiri oleh Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Kabupaten Kudus, Catur Sulistiyanto, Kabulog Sub Divre Pati, Kasdim o722 Kudus, Mayor Inf Sagimin, Danramil dan Pasiter Kodim 0722/Kudus, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Kepala Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementan Suwandi, menjelaskan progress serap gabah (sergab) yang telah dicanangkan Menteri Pertanian Amran Sulaiman di tingkat nasional realisasinya sudah mencapai 1.064.302 ton gabah kering panen (GKP) atau sama dengan 490.034 ton beras. “Kementan tidak hanya sekedar membeli gabah petani, tetapi terus berupaya untuk mengubah secara mendasar struktur pasar pangan yang ada selama ini,” katanya.

Terkait harga gabah, BPS merilis harga gabah kering panen di tingkat petani turun 9,76 persen , namun harga beras di penggilingan periode yang sama hanya turun 1,84 persen, di pedagang grosir hanya turun 0,44 persen dan beras di pedagang eceran hanya turun 0,56 persen.

Faktor iklim dan non teknis berpengaruh terhadap swasembada selain faktor pendamping petani yaitu penyuluh dan Babinsa, Tidak ada tugas penyuluh pertanian yang diambil Babinsa tetapi hal itu adalah sinergitas antara pendamping dan penyuluh pertanian dengan komitmen memberikan solusi pada petani kita sehingga petani semakin bersemangat mewujudkan swasembada pangan.

“Diperlukan sinergitas dari beberapa elemen atau institusi sehingga permasalahan petani terkait pengadaan bibit, pemupukan, perawatan tanaman sampai penjualan tidak mengalami kesulitan,” ujar Kepala Pusdatin Kementan. (YM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :

No More Posts Available.

No more pages to load.