Evakuasi Pendaki dari Jurang Sedalam 250 Meter Berlangsung Dramatis Selama 6 Jam

oleh -9,649 kali dibaca
Foto saat Tim SAR evakuasi korban pendaki yang jatuh ke jurang Gunung Muria. (YM)

Kudus, isknews.com – Proses evakuasi terhadap mahasiswi Universitas Muhammadiyah Kudus (UMKU), Jovita Diva Prabudawardani (21), yang dilaporkan terjatuh ke dalam jurang di jalur pendakian Natas Angin, Desa Rahtawu, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, akhirnya berhasil dilakukan pada Rabu pagi (25/6/2025) setelah melalui upaya berat dan penuh tantangan.

Ketua Forum Relawan Penanggulangan Bencana (FRPB) BPBD Kudus, Julian Noor Widia, evakuasi sempat terkendala peralatan dan personel.

“Awalnya kita terkendala personil dan peralatan, Pak. Tim pendahulu melaporkan demikian. Tadi malam sempat kita lakukan upaya, tetapi kondisi tidak memungkinkan, akhirnya kita hentikan dan dilanjutkan pagi ini,” jelas Julian.

Berbekal semangat gotong royong, relawan akhirnya secara sukarela membawa tambahan peralatan dari bawah.

Julian menyampaikan bahwa Jovita ditemukan sudah dalam meninggal dunia, kemudian proses evakuasi terkendala kondisi medan yang curam dan licin, serta risiko tinggi, tim melakukan evakuasi menggunakan metode estafet antartitik pos.

“Proses pengangkatan korban dari titik jatuh ke bibir jurang membutuhkan waktu sekitar 2–3 jam. Total proses evakuasi dari awal hingga titik pemulihan memakan waktu hampir 6 jam. Bila dihitung dari awal kejadian hingga penanganan tuntas, kira-kira berlangsung 36 jam,” ujarnya.

Diketahui, korban diduga tergelincir dan terjatuh ke jurang sedalam 250 meter. Awalnya laporan menyebutkan kedalaman hanya 10 meter, namun saat tim mencapai lokasi, ternyata kedalaman jauh lebih ekstrem.

“HP korban masih ada di saku ketika ditemukan. Soal luka-luka, kami masih menunggu konfirmasi dari pihak rumah sakit,” tambah Julian.

Sementara itu, anggota Komisi E DPRD Jawa Tengah, Arif Wahyudi, yang juga Pembina relawan Bagana, menyoroti pentingnya kesiapan dan keterampilan para pendaki sebelum naik gunung.

“Kadang anak-anak naik gunung hanya demi konten, tanpa kesiapan yang cukup. Padahal, mengenali medan dan skill pendakian itu sangat penting,” tegasnya.

Ia juga menilai perlunya manajemen pendakian yang lebih ketat dan profesional.

“Perlu sistem registrasi, Skill dan filter usia, safety, SOP pendakian, pemeriksaan perlengkapan dan pembekalan hingga monitoring selama pendakian, sebagaimana diterapkan di gunung-gunung besar lainnya,” kata Arif.

Rencana evaluasi dan koordinasi lebih lanjut akan dilakukan menyusul kejadian ini, termasuk kemungkinan pembatasan jalur pendakian untuk sementara waktu. (YM/YM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :