Kudus, Isknews.com – Problematika sampah yang sempat melanda warga Kota Kretek akibat ditutupnya TPA Tanjungrejo masih menjadi perhatian serius. Tumpukan sampah yang menggunung di berbagai sudut kota tidak hanya mencemari lingkungan tetapi juga menimbulkan bau tak sedap serta berisiko menjadi sumber penyakit. Untuk mencari solusi yang tepat, IDI Kudus melakukan kaji tiru ke Sleman, yang sebelumnya menghadapi permasalahan serupa saat TPA Piyungan DIY ditutup permanen pada 1 Mei 2024.
Delegasi kaji tiru IDI Kudus ke Sleman di antaranya diikuti oleh dr. Elok M.Q., M.Kes., dr. Tita J., dr. Dewi Aprilia, dr. Setiti M., dan dr. P. Handayani. Mereka melakukan studi langsung terhadap sistem pengelolaan sampah di Sleman guna mencari solusi yang bisa diterapkan di Kudus, Selasa (04/02/2025).
Sebagai juru bicara, dr. Elok mengatakan bahwa kaji tiru ini menjadi langkah penting bagi Kudus dalam mencari solusi jangka panjang terhadap permasalahan sampah yang semakin mendesak. “Sleman telah berhasil menerapkan pola pengelolaan sampah berbasis partisipasi masyarakat melalui konsep Cegah, Pilah, dan Olah. Ini bisa menjadi referensi bagi Kudus dalam membangun sistem pengelolaan sampah yang lebih efektif dan berkelanjutan,” ujarnya.
Mundurnya sistem TPA sebagai solusi utama pengelolaan sampah membuat pendekatan berbasis masyarakat menjadi sangat penting. Ia menekankan bahwa kunci keberhasilan Sleman dalam mengatasi krisis sampah adalah perubahan pola pikir warga yang semakin sadar akan pentingnya mengurangi, memilah, dan mengolah sampah sejak dari sumbernya. Selain itu, inovasi seperti mesin pirolisis untuk mengubah sampah plastik menjadi BBM juga menjadi solusi konkret yang bisa dipertimbangkan.
Selain meninjau pengelolaan sampah berbasis masyarakat, tim kaji tiru juga berdiskusi dengan berbagai pihak terkait di Sleman, termasuk aktivis lingkungan dan pengelola bank sampah. Mereka mempelajari bagaimana sistem pengelolaan sampah terpadu yang melibatkan peran serta aktif masyarakat, mulai dari tingkat rumah tangga hingga skala industri. Model ini dinilai mampu mengurangi ketergantungan terhadap TPA dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya daur ulang serta pengolahan sampah yang ramah lingkungan.
dr. Elok berharap hasil kaji tiru ini bisa segera diterapkan di Kudus dengan dukungan dari pemerintah daerah dan masyarakat. Menurutnya, tanpa adanya kesadaran kolektif serta kebijakan yang tegas, permasalahan sampah di Kudus akan terus berlanjut. “Kami berharap ada aksi nyata setelah kaji tiru ini. Kudus perlu segera mengadopsi sistem yang lebih berkelanjutan agar masalah sampah bisa teratasi secara efektif,” pungkasnya.
Laporan kaji tiru menekankan bahwa pengelolaan sampah tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga membutuhkan peran aktif masyarakat dan pihak swasta. Di hulu, diperlukan perubahan mindset dan perilaku hidup sehat, sementara di hilir, perlu ada inovasi pengolahan sampah yang efektif.
Oleh karena itu, pemerintah daerah, warga, dan sektor swasta di Kudus harus bersinergi dalam mencari solusi terbaik agar krisis sampah dapat diatasi secara berkelanjutan. Jika strategi serupa dengan Sleman dapat diterapkan, maka diharapkan Kudus bisa kembali menjadi kota yang bersih, sehat, dan nyaman bagi warganya.(YM/YM)