Kudus, isknews.com – Kalau biasanya nasi pecel identik dengan rasa manis pedasnya, berbeda dengan nasi pecel madiun yang khas rasa asin pedasnya.
Sego pecel atau nasi pecel khas Kota Madiun, Jawa Timur ini dikenalkan di Kudus oleh Dian Tristyowati (44 tahun) yang merupakan warga asli dari Kota Pecel tersebut.
Dian bersama sang suami, Kurniawan (45 tahun) mengaku tidak mudah mengenalkan cita rasa nasi pecel madiun untuk warga Kudus
Lantaran terbiasa menikmati nasi pecel dengan rasa manis dan pedas seperti di Yogyakarta dan Solo. Pengenalan cita rasa yang Khas Madiun pun diakui memakan waktu sekitar tahun, tepatnya pada 2018 silam.
“Kita juga mengurangi tingkat keasinan dan kepedasannya agar cocok untuk dinikmati warga Kudus. Karena mereka kan terbiasa dengan rasa yang manis dan pedas, jadi mungkin sedikit aneh bagi mereka pas awal pengenalan sego pecel madiun ini,” jelas Kurniawan saat ditemui di kedainya, Senin (14/03/2022).
Cara pembuatan sambal pecel khas Madiun juga sedikit berbeda dengan pecel yang ada di Jawa Tengah. Kacang yang dipakai tidak digoreng dengan minyak goreng tetapi langsung disangrai hingga lembut.
“Kita sangrai dengan gula, garam, cabai, dan daun jeruk. Jadi bentuknya kering,,” ujarnya.
Proses sangrai tersebutlah yang kemudian membuat cita rasa nasi pecel madiun jadi berbeda. Setelah sambal keringnya jadi, baru ditambahkan air secukupnya untuk siap disajikan dengan nasi dan sayuran.
Adapun sayuran yang dipakai ialah daun bayam, bunga turi, dan daun kenikir, kacang panjang, dan toge. Kemudian ditambah pula, serondeng, petai cina, daun kemangi, dan peyek kacang.
“Kadang pula ada tambahan daun ketela, daun pepaya, dan kecipir,” imbuhnya
Sedangkan lauknya ada telur ceplok, telur dadar, empal sapi, babat sapi, dan paru sapi. Pilihan nasi pun bisa diganti kentang kukus dan mi goreng.
“Yang suka mi goreng pecel itu biasanya anak-anak muda,” tandasnya.
Kemudian, penyajian nasi pecel madiun milik Kurniawan ini cukup menarik. Dimana dia menggunakan daun pisang sebagai alas dan ayaman bambu yang dibentuk pincuk sebagai wadahnya.
Penggunaan alas daun pisang ini dikatakan Kurniawan sangat berpengaruh terhadap rasa dan aroma dari nasi. Yang mana, ketika nasi hangat disajikan diatas daun pisang bisa memunculkan aroma yang sedap.
“Saya pernah pakai daun jati pas daun pisang langka, ternyata rasa dan aromanya tidak banyak yang suka,” tambahnya.
Hingga saat ini, nasi pecel khas Madiun sudah mulai banyak dikenal di kalangan warga Kudus dan sekitarnya. Bahkan, banyak pejabat di Kudus dan karyawan swasta yang kerap mampir untuk mengincipi nasi pecel tersebut.
“Kalau dirata-rata mungkin bisa menjual hingga 30 porsi sehari,” ucapnya. (MY/YM)