Kudus, ISKNEWS.COM – Berbagai tradisi dari nenek moyang yang bernilai luhur, hingga kini masih terjaga dengan baik di Kudus. Seperti halnya, Tradisi Nyandung Patok. Tradisi yang syarat akan nilai sosial ini, masih terus lestari dibeberapa daerah di Kota Kretek.
Menurut Noor Ahmadi (35), warga Desa Puyoh, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, tradisi nyandung patok merupakan suatu tradisi yang dilakukan ketika ada orang yang tengah melangsungkan acara pernikahan atau Duwe Gawe (istilah dalam Bahasa Jawa -red). Namun, disaat yang bersamaan di daerah tersebut ada orang yang sedang berduka atau meninggal dunia. Sebagai wujud penghormatan dan rasa belasungkawa kepada keluarga duka, maka pihak pengantin harus memberikan sembako kepada keluarga duka.
“Misalnya, hari ini saya akan melangsungkan acara pernikahan. Berbagai persiapan telah dilakukan untuk memeriahkan hari bahagia dalam hidup saya tersebut. Namun, pagi itu, kabar duka menimpa tetangga saya. Dimana tetangga dekat rumah saya, ada yang meninggal dunia,” jelasnya, Senin (16-04-2018).
Imbuh Ahmadi, “Sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi nilai sosial, saya akan merasa tidak enak hati. Karena akan melangsungkan acara pernikahan yang meriah, sedangkan tetangga saya tengah berduka cita. Ibarat kata, saya berbahagia diatas duka yang dirasakan oleh tetangga saya. Untuk menghindari hal itu, saya harus melakukan tradisi nyandung patok.”
Dijelaskan Ahmadi, agar saya tetap bisa melangsungkan acara pernikahan dengan lancar, tanpa mengurangi rasa belasungkawa atas meninggalnya tetangga saya. Caranya saya harus memberikan sumbangan sembako kepada pihak keluarga yang tengah berduka. Adapun sembako yang diberikan berupa beras, mie, gula, minyak sawit atau yang sering disebut dengan istilah ‘manganan sak masakan’ (memberi bahan makanan untuk satu kali memasak -red).
Sembako tersebut, nantinya akan digunakan oleh keluarga duka, sebagai bahan untuk makanan selama satu hari. Untuk jumlahnya, Ahmadi, mengaku hal tersebut tidak dibatasi, melainkan berdasarkan keikhlasan dan kemampuan dari pengantin.
“Pemberian manganan sak masakan inilah yang dinamakan nyandung patok. Sembako tersebut diberikan sebagai wujud ungkapan rasa belasungkawa, dari pihak yang melangsungkan pernikahan. Tradisi ini mengajarkan manusia untuk peka dan saling menghormati dalam hidup bermasyarakat. Selain itu, tradisi nyandung patok bermanfaat untuk mempererat tali persaudaraan di masyarakat,” pungkasnya. (NNC/WH)