Kudus, isknews.com – Puluhan kader Fatayat NU Kabupaten Kudus dibekali pengetahuan tentang Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) guna mendukung pemenuhan gizi pada seribu hari pertama kehidupan untuk pencegahan stunting.
Kegiatan “Optimalisasi Peran Kader PMBA dalam Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Kudus” berlangsung di aula lantai dua Gedung NU Jalan Pramuka, Jumat (11/8/2023) siang.
Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari kerja sama Fatayat NU Jateng dengan UNICEF dan bagian dari program Sambung Simbok Sambang Bocah yang digagas Pengurus Wilayah (PW) Fatayat NU Jateng untuk menekan angka stunting.
Wakil Ketua II PW Fatayat NU Jateng, Lulu Idzarotun menjelaskan, program ini merupakan kerja sama Fatayat NU Jateng dengan UNICEF di sepuluh kabupaten/ kota di Jawa Tengah dengan angka stunting lumayan tinggi.
“Kudus adalah kota kecil, hanya sembilan kecamatan. Tapi angka stuntingnya lumayan tinggi, nah oleh sebab itu, Kudus dipilih jadi Kabupaten yang disambangi program pencegahan stunting,” terangnya.
Melalui kegiatan tersebut, para kader Fatayat NU Kudus dibekali pengetahuan dan pemahaman tentang pemenuhan gizi pada seribu hari pertama kehidupan. Setelah mengikuti kegiatan tersebut, para kader akan melakukan pendampingan ibu hamil dan bayi usia di bawah dua tahun (baduta).
Pihaknya menargetkan kader yang mengikuti kegiatan itu akan mendampingi ibu hamil dan baduta di sekitar tempat tinggalnya. “Harapannya, para kader bisa mengubah perilaku masyarakat agar lebih memperhatikan pencegahan stunting. Sehingga angka stunting turun menjadi 14 persen bahkan zero,” harapnya.
Sementara itu, Ketua PC Fatayat NU Kabupaten Kudus, Nik Hayati menanggapi, kegiatan tersebut diikuti kader Fatayat NU yang menjadi kader posyandu. Setelah kegiatan tersebut akan ditindaklanjuti dengan pendataan ibu hamil di setiap ranting. Nantinya mereka akan menyosialisasikan PMBA untuk mendukung pemenuhan gizi pada seribu hari pertama kehidupan kepada masyarakat sampai tingkat ranting.
Ia berharap, melalui kegiatan tersebut Fatayat NU Kabupaten Kudus bisa berkontribusi dalam menurunkan angka stunting di Kabupaten Kudus. “Stunting adalah kepentingan bersama. Semoga dengan program ini angka stunting di Kabupaten Kudus terus berkurang, Sehingga bisa menghasilkan generasi penerus yang sehat,” harapnya.
Sementara Narasumber Ahli Gizi dari Dinas Kesehatan Kudus, Susmarianti Kurniasih memaparkan materi terkait pemenuhan gizi untuk tumbuh kembang optimal di seribu hari pertama kehidupan serta pemantauan pertumbuhan dan perkembangan.
Selain itu, inisiasi menyusu dini (IMD) dan pemberian makanan pendamping ASI (MPASI). Pada akhir acara dilakukan demo pemorsian MPASI.
“Ini kan kegiatan orientasi PMBA, jadi kita tetap arahnya ke pencegahan stunting, harapan kami bisa teredukasi tentang pencegahan stunting, jadi nggak hanya tugas Dinas Kesehatan, namun tugas multi sektor, yang mendukung untuk pencegahan stunting sehingga nanti kabupaten Kudus di tahun 2024 menjadi turun 14 persen,” harapnya.
Dirinya menyebut, Semua orang tua yang baik pasti menginginkan anak yang sehat, cerdas dan berakhlak mulia, namun untuk mendapatkan keturunan yang berkualitas, orangtua juga harus bejuang untuk itu dengan selalu mengasuh dan mendidiknya dengan baik pula.
Pemberian makanan yang terbaik, lanjutnya, merupakan bagian dari mengasuh anak. Makanan yang berkualitas akan membentuk anak dari sisi kesehatan dan kecerdasan.
“Adapun standar emas makanan bagi bayi dan anak yang harus kita berikan diantaranya pertama Inisiasi Menyusu Dini (IMD), yakni Pemberian ASI segera dalam waktu 1-2 jam pertama setelah bayi lahir, dan dilakukan dengan adanya kontak kulit antara ibu dengan bayinya.
Kedua, Pemberian ASI saja secara eksklusif sejak bayi lahir hingga berumur 6 bulan, Ketiga, Mulai memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang baik dan benar sejak bayi berumur 6 bulan. Keempat sampai 2 tahun Pemberian ASI tetap dilanjutkan sampai anak berumur 24 bulan atau lebih,” pungkasnya. (AS/YM)