Kudus, isknews.com – Takbir keliling yang digelar di Desa Undaan Tengah, Kecamatan Undaan pada malam takbiran menjelang Idul Fitri memakan korban seorang warga Rt 2 RW 1 desa tersebut, (09/04) lalu. Sebelumnya videonya sempat viral di media sosial yang merekam aksi baku hantam antar warga satu desa berbeda gang yakni antara gang 2 dan gang 4 saling baku hantam saat kegiatan takbir keliling.
Kepala Desa Undaan Tengah, Dedy Arisanto saat ditemui mengatakan, kronologi bermula saat sebuah truk pengangkut sound raksasa parkir di pinggir jalan untuk memperbaiki genset yang sempat mati, namun berpapasan dengan dua ogoh-ogoh raksasa berbentuk mirip patung raksasa leak Bali milik warga pemuda gang 2 yang dipikul beramai-ramai sambil digoyang-goyangkan.
Tak dekatahui sejak kapan, atraksi takbir keliling sambut idul fitri di Kota Kretek itu kini juga disertai dengan kirab Ogoh-ogoh atau patung raksasa yang biasanya berbentuk mahluk raksasa menyeramkan diarak ramai-ramai keliling laksana saat menjelang Hari Raya Nyepi oleh warga Hindu di Bali.
“Dari informasi warga yang menyaksikan kejadian awalnya, pada saat rombongan tim atraksi ogoh-ogoh menggoyang-goyangkan patung raksasa dan menyenggol anak-anak peserta tim iring-iringan truk sound. Sehingga menjadi pemicu awal terjadinya perkelahian,” ujar Dedy yang ditemui awak media dikediamannya, Kamis (11/4/2024).
Saat itu kata dia, korban S (37) yang sedang berdiri diatas truk sound mencoba turun untuk melerai. Karena sempat terjadi baku hantam antar pemuda.
“Sebenarnya perkelahian itu berlangsung cukup singkat. Mungkin berlangsung 5 menit, bahkan peristiwa yang terjadi di depan rumah saya itu, saya lalu bergegas lari keluar dan berdiri didepan warga yang sedang berkelahi serta berorasi menenangkan warga,” ujar Dedy.
Diceritakannya, usai peristiwa itu, ternyata S pelipisnya berdarah, tak diketahui akibat pukulan siapa. Bahkan korban sempat saya ajak berbincang, untuk untuk tak usah memperpanjang masalah ini, dan korban menyetujuinya,” ujarnya,
Namun saat mendengar ternyata korban kritis, kami dan pihak kepolisian mengapelkan semua peserta yang ikut terlibat dalam kejadian perkelahian malam itu di Balai Desa. Awalnya ini untuk berdamai, tapi ternyata S tak bisa hadir karena kondisinya sedang dirawat di Puskesmas.
“Bahkan akhirnya korban S sempat dilarikan ke rumah sakit umum, untuk mendapatkan perawatan lantaran luka dipelipis sebelah kiri. Sebelumnya di puskesmas dijahit tiga di pelipis, korban masih bisa interaksi. Sesuai kabar dari informasi perawat di puskesmas, korban bisa berinteraksi dan mengeluh bahwa dipukul batu. Setelah itu kritis dan dibawa ke RSUD,” tuturnya.
Di RSUD Loekmono Hadi korban S nyawanya tak lagi tertolong, dan tak lama para petugas Polres Kudus melakukan penangkapan terhadap sejumlah warga yang diduga ikut terlibat dalam perkelahian malam itu.
“Usai meninggalnya S, kepolisian mengamankan warga kami yang dianggap terlibat. Awalnya ada 9 orang pemuda yang diamankan oleh petugas, namun besoknya satu orang dilepas karena dinilai tidak terlibat perkelahian tersebut,” ujar Dedy.
“Saat ini mereka ditahan di Polres Kudus, sementara atas jenazah korban S sudah dilakukan otopsi oleh tim forensik Polda Jateng untuk mengetahui penyebab kematian korban,” lanjutnya.
Dengan kejadian ini, Dedy berharap setelah ini pihak kepolisian berani secara tegas melarang Takbir keliling yang melibatkan arak-arakan sound system besar dan ogoh-ogoh, karena sangat rawan menimbulkan gesekan.
“Apalagi aktifitas takbir keliling yang berlebihan ini saya nilai sudah jauh keluar dari esensi takbir keliling yang sebenarnya,” ungkap Dedy.
Bahkan, diakuinya sejumlah warganya yang terlibat perkelahian itu sebagian besar sudah dipengaruhi minuman keras beralkohol.
“Hanya saja korban yang sempat ngobrol dengan saya, saya pastikan tidak sedang dipengaruhi alkohol karena saya tak melihat tanda-tanda orang habis minum pada dirinya, dari aroma bau mulut misalnya. Apalagi dia ditugasi mengamankan bocil-bocil yang ikut serta iring-iringan itu.” terangnya. (YM/YM)