Kudus, isknews.com – Kondisi kerusakan di SDN 2 Ngembalrejo, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, menjadi perhatian publik setelah atap ruang guru ambrol pada Agustus 2024 lalu.
Kerusakan yang telah berlangsung bertahun-tahun ini memaksa Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga (Disdikpora) Kudus mengajukan perbaikan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2025.
Kepala Disdikpora Kudus, Harjuna Widada, menyampaikan bahwa perbaikan mendesak ini tidak memungkinkan dilakukan menggunakan Dana Tidak Terduga (TT). Alasannya adalah batas waktu yang sangat singkat di akhir tahun, ditambah dengan musim hujan yang berpotensi menghambat pengerjaan. “Waktunya tidak mencukupi. Sudah tanggal 25 November, sementara pengerjaan harus selesai sebelum akhir tahun. Musim hujan juga menjadi kendala teknis yang harus diperhitungkan,” jelas Harjuna saat meninjau lokasi, Senin (25/11/2024).
Disdikpora telah mengusulkan perbaikan tiga ruang di sekolah tersebut. Selain ruang guru yang atapnya ambrol, ruang laboratorium dan ruang kelas 2 yang ikut terdampak juga akan diperbaiki. Harjuna memperkirakan total anggaran yang dibutuhkan mencapai Rp 200 juta, mencakup perbaikan atap hingga penggantian kusen yang rusak.
“Kami akan menunggu perhitungan dari konsultan dan nota dinas terkait. Perbaikan ini penting agar aktivitas belajar mengajar tidak lagi terganggu,” tambah Harjuna.
Sementara itu, Ketua DPRD Kudus, Mas’an, sebelumnya mendesak agar Disdikpora segera memperbaiki kerusakan ini menggunakan dana TT. Namun, Harjuna menegaskan bahwa penggunaan dana tersebut harus memperhitungkan waktu pengerjaan yang sudah sangat terbatas.
Guru Kelas III SDN 2 Ngembalrejo, Mardi Susanto, menjelaskan bahwa kerusakan ruang guru sudah terjadi sejak 2018. Meski pihak sekolah telah beberapa kali mengajukan perbaikan, respons yang diterima belum maksimal. “Tahun 2018 hanya mendapat anggaran Rp 90 juta untuk perbaikan plafon dan tiang depan. Kami kembali mengajukan di 2022, tetapi belum ada tindak lanjut hingga atap ruang guru benar-benar ambrol tahun ini,” ujarnya.
Ambrolnya atap tersebut memaksa ruang guru dikosongkan. Guru-guru kini menempati ruang kelas 3, sedangkan siswa kelas 3 menggunakan ruang laboratorium. Namun, karena ruang laboratorium juga terdampak, kelas tersebut direncanakan digabung dengan kelas lain menggunakan sekat sementara.
Harjuna juga mengingatkan seluruh koordinator wilayah pendidikan di sembilan kecamatan untuk mendata sekolah-sekolah dengan kerusakan serupa. “Penting untuk mendata kerusakan agar kejadian seperti di SDN 2 Ngembalrejo tidak terulang. Kita harus prioritaskan perbaikan sekolah yang paling membutuhkan,” tandasnya.
Dengan masuknya perbaikan SDN 2 Ngembalrejo dalam usulan APBD 2025, diharapkan kondisi fasilitas pendidikan di sekolah tersebut segera pulih, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan normal kembali. (AS/YM)