Kudus, isknews.com – Dari ribuan peserta Audisi Umum PB Djarum, ternyata ada satu gadis berusia 11 tahun asal Bali bernama Natthania Alaika Djamal. Kisahnya berbeda dengan yang lain, karena ia sudah tiga kali mencoba peruntungannya di ajang pencarian bibit bulutangkis bergengsi ini.
Pertama kali ikut, Natthania harus pulang cepat karena penampilannya belum maksimal. Tahun berikutnya, ia bangkit dan berhasil menembus tahap karantina, namun langkahnya terhenti karena sakit.
“Kemarin sempat dikarantina tapi nggak lulus ya,” kenangnya. Meski demikian, tahun ini ia kembali hadir dengan tekad baru: menargetkan bisa melangkah lebih jauh.
Yang membuat kisah Natthania istimewa adalah perjuangannya dibiayai dari tabungan pribadi. Karena orang tua tidak mampu, ia mengumpulkan uang dari hadiah-hadiah kecil di berbagai turnamen lokal.
“Uangnya dipakai buat makan, kos-kosan, sampai beli grip raket kalau putus. Semua dari hasil pertandingan saja,” tuturnya polos.
Setiap sore selepas sekolah, Natthania berlatih di klub Anugerah dari pukul tiga hingga enam. Ia juga menambah latihan fisik pagi seperti lari atau skipping. Tanpa pelatih privat karena keterbatasan biaya, ia tetap konsisten berlatih demi cita-citanya.
Kegagalan sebelumnya membuatnya lebih berhati-hati. Kini, ia menjaga pola makan dan kondisi tubuh agar tak mengulang kesalahan tahun lalu.
“Evaluasinya harus lebih giat lagi latihannya, terus jaga kesehatan, jangan makan sembarangan,” ujarnya.
Semangat Natthania juga datang dari para senior PB Djarum yang ia kagumi. Melihat mereka bermain membuatnya yakin bahwa suatu hari ia bisa berada di level yang sama.
“Pengen banget masuk Djarum karena lihat kakak-kakak seniornya bagus-bagus banget main di sana,” katanya.
Baginya, mimpi besar bisa dimulai dari langkah kecil. Dari tabungan empat juta rupiah, dari keringat di lapangan latihan, hingga keyakinan untuk terus maju meski gagal berulang kali. Semua itu menjadi bukti bahwa ia layak diperhitungkan. (YM/YM)









