Kudus, isknews.com – Kreasi berbeda ditampilkan oleh komunitas C3rmin dalam mengolah kulit hewan menjadi sebuah kerajinan yang bernilai tinggi. Komunitas dari warga Desa Gondangmanis, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus ini memadukan kulit hewan dengan aneka dedaunan dan bunga dalam bentuk ecoprint.
Tidak main-main, hasil yang ditampilkan dari corak daun di atas kulit hewan ini sangat cantik dan elegan. Mulai dari tas, jaket, hingga sepatu ecoprint.
Bahkan tidak sedikit dari pecinta kerajinan berbahan kulit yang menawar produk tersebut, meskipun dengan harga yang cukup menguras kantong.
Ketua PKK RW 7 Desa Gondangmanis, yang juga merupakan anggota Komunitas C3rmin, Agus Suwarsono, menyampaikan, kreasi kulit hewan menjadi kerajinan ecoprint ini dilakukan untuk menumbuhkan kreativitas anggota. Yang mana, nanti keluaran dari kreativitas tersebut bisa mendatangkan nilai ekonomi yang tinggi.
Kemudian, pihaknya juga ingin menghadirkan wajah baru dalam pembuatan ecoprint yang kebanyakan menggunakan kain blangket sebagai medianya.
“Untuk pembuatannya hampir sama dengan ecoprint pada umumnya, hanya saja medianya diganti kulit saja,” ujarnya.
Untuk menghasilkan corak yang indah, Agus juga menyebut masih menggunakan dedaunan dan bunga yang biasanya dipakai. Tidak ada tanaman khusus dalam pembuatan ecoprin pada kulit hewan ini. Dia memastikan, daun dan bunga apa saja yang biasanya dimanfaatkan untuk ecorint pada kain blangket, juga bisa digunakan pada kulit hewan.
“Semua ecoprint hasilnya bagus, dan insyaallah akan tetap jadi di kulit hewan. Kalau percobaan gagal, tidak pernah, pasti jadi,” tandasnya.
Untuk bahan dasar kulit yang digunakan, lanjut Agus, antara lain kulit kambing, sapi, dan domba. Lalu, kulit yang dipakai harus dalam keadaan polos dan belum tersentuh pewarnaan sekalipun sebelumnya.
“Harus yang masih polos, yang masih putih, yang belum kena proses warna,” tuturnya.
Sementara untuk proses pembuatannya agak sedikit berbeda dengan media kain blangket. Yakni, bunga atau daun ditempel pada kulit untuk menghasilkan motif yang diinginkan.
Hanya saja dalam proses pengukusannya sedikit berbeda, di mana api tidak boleh terlalu besar dan harus selalu diperiksa. Sedangkan, proses awal dari menempelkan bunga hingga finishing sama halnya dengan ecoprint biasanya.
“Untuk keawetannya bisa kuta jamin, karena kita di finishing pakai oengawet agar kukit itu tidak cepat menjamur dan mudah untuk perawatannya,” imbuhnya.
Terkait dengan harga jual, Agus mematok harga mulai dari 800 ribu hingga 2,5 juta. Hal ini disesuaikan dengan produk yang diminta.
“Harga tergantung jenis. Sepatu 800 ribu sampai 1 juta. Kalau Jaket 2 juta sampai 2,5 juta. Itu kita jual di standar harga,” tukasnya. (MY/YM)