Kudus, isknews.com – Kudus Fashion Week 2024 kembali digelar sebagai bagian dari perayaan Hari Jadi ke-475 Kabupaten Kudus. Acara ini berlangsung di Alun-alun Simpang Tujuh Kudus pada 19-21 September 2024.
Dengan tema “The Icon of Caping Kalo”. Tahun ini, Kudus Fashion Week melibatkan 13 brand fesyen nasional dari berbagai daerah seperti Kudus, Pati, Grobogan, Semarang, dan Lampung. Para desainer yang terlibat menampilkan karya-karya terbaik mereka yang dipadukan dengan caping kalo, sebuah pelengkap busana tradisional khas Kudus.
Acara ini juga dimeriahkan oleh penampilan seniman terkenal seperti Didik Nini Thowok dan pementasan spektakuler Tari Cahya Nojorono dan Tari Lajur Caping Kalo serta menampilkan teatrikal yang mengisahkan perjalanan caping kalo dari masa ke masa bertajuk “Lelampah Caping Kalo” , Kamis (19/09/2024) malam.
Selain itu, juga penampilan para peragawan peragawati diatas catwalk yang mengenakan busana dari karya para desainer terkemuka. Diarena KFW juga terdapat pameran produk fesyen dan wedding dengan 85 stand yang memberikan referensi fesyen terbaru bagi anak muda.
Founder Kudus Fashion Week, Aris Yuni Astuti (Aris Magenta), menyatakan bahwa acara ini bertujuan untuk mengenalkan kebudayaan lokal Kudus ke kancah yang lebih luas. Kudus Fashion Week juga mengadakan flashmob tarian caping kalo yang diikuti oleh 500-700 orang dengan mengenakan kebaya dan caping kalo.
Dengan mengangkat tema budaya lokal, Kudus Fashion Week 2024 diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap warisan budaya Kudus dan mendorong kreativitas para desainer muda.
Dari pantauan media ini, antusiasme masyarakat Kudus tampak dari ribuan warga yang memadati Alun-alun Simpang Tujuh Kudus, saat acara pembukaan berlangsung. Gelaran ini tidak hanya menjadi ajang peragaan busana,
Aris Yuni Astuti, selaku founder Kudus Fashion Week, mengungkapkan bahwa total ada 12 model dan 8 pemain teater yang dilibatkan dalam pertunjukan ini. Selain itu, lima wedding designer dan Make Up Artist (MUA) dari Kudus juga ikut ambil bagian dengan menampilkan koleksi busana pernikahan mereka yang bertemakan caping kalo.
“Kami ingin memperlihatkan bahwa caping kalo bisa tetap relevan di dunia fesyen modern. Ini cara kami untuk memperkenalkan budaya lokal dengan sentuhan yang lebih kekinian,” ujarnya.
Penjabat Bupati Kudus, M Hasan Chabibie, yang hadir dalam acara tersebut, mengapresiasi kolaborasi kreatif antara seni budaya lokal dan dunia fashion. Menurutnya, Kudus memiliki banyak potensi budaya yang harus dipromosikan, dan Kudus Fashion Week menjadi salah satu sarana untuk melakukannya.
“Kolaborasi antara budaya dan fesyen ini adalah langkah besar untuk mempromosikan warisan budaya kita, terutama caping kalo, agar dikenal lebih luas dan tetap relevan di era modern,” jelasnya.
Direktur PT Nojorono Kudus, Arief Goenadibrata, yang juga hadir dalam acara ini, menyampaikan bahwa pihaknya merasa bangga bisa berkolaborasi dalam pengembangan caping kalo.
“Caping kalo adalah simbol budaya Kudus yang sangat unik, dan melalui Kudus Fashion Week, kami berharap caping kalo bisa mendapatkan tempat yang layak di dunia fesyen modern. Ini bukan hanya tentang mode, tapi juga tentang pelestarian budaya,” ungkapnya.
Acara ini tidak hanya menampilkan fashion show dan teatrikal, tetapi juga menjadi ajang pameran produk-produk fesyen lokal. Sebanyak 85 stand turut meramaikan acara, menampilkan berbagai produk mulai dari busana, aksesoris, hingga produk pernikahan, yang semuanya terinspirasi oleh budaya lokal Kudus. (YM/YM)