Kunjungi Lokasi Banjir Kesambi, Ganjar Pranowo: Normalisasi Saja Tak Cukup, Perlu Perbaikan Lingkungan

oleh -2,010 kali dibaca

Kudus, isknews.com – Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo kunjungi lokasi banjir Desa Kesambi Kecamatan Mejobo Kudus. Ganjar usai shalat Jumat langsung menuju lokasi Balai Desa Kesambi untuk bertemu dengan warga desa yang mengungsi, Jumat (21/02/2020).

Banjir yang disebabkan oleh meluapnya sungai Piji dan jebolnya sejumlah tanggul di kawasan Desa Kesambi itu sehingga sempat merendam ratusan rumah warga yang tersebar di 24 RT dan 7 RW Desa Kesambi Kecamatan Mejobo Kudus pada Kamis (20/02/2020) kemarin.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Plt Bupati Kudus HM Hartopo saat akan menunggang motor meninjau lokasi jebolnya tanggul sungai Piji di Kesambi Jumat (21/02/2020). (Foto: YM)

Ganjar, meninjau warga RT 02 RW 05 Desa Kesambi yang terkena dampak bencana banjir serta mengecek Posko dapur umum pengungsi. Di Pos Pengungsian aula Balai Desa tersebut Gubernur Jateng itu memberikan semangat dan mengajak bergurau kepada para pengungsi yang sebagaian besar wanita dan anak-anak.

“Disini enak, tho. Kalau enak ndak pulang, ya. Kan, setiap hari bisa makan,” kelakarnya.

Usai bersua masyarakat, Ganjar yang didampingi Plt. Bupati Kudus Hartopo bersama-sama menaiki Sepeda motor meninjau lokasi tanggul yang jebol dan masih dalam tahap perbaikan oleh dinas Balai PU PSD Juwana dengan menggunakan Excavator.

Ganjar mengapresiasi para relawan baik dari tim BPBD Provinsi maupun BPBD Kabupaten Kudus yang sigap dan bahu-membahu menanggulangi tanggul yang jebol.

Tak hanya itu, Ganjar juga menyinggung perilaku masyarakat yang membuang sampah sembarang.

Gubernur jawa Tengah Ganjar Pranowo saat menyambangi Pos Pengungsian korban Banjir Desa Kesambi Mejobo Kudus Jumat (21/02/2020). (Foto: YM)

Hal tersebut diyakini sebagai faktor utama yang menyebabkan tanggul jebol. Maka, pihaknya meminta masyarakat luas untuk selalu peduli dengan lingkungan yang diminta tidak membuang sampah sembarangan.

“Kita punya tugas besar sekarang, yaitu mengingatkan masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan. Sampah ‘nyumpel’ juga bisa merespons tanggul jebol karena dia menahan beban yang cukup besar,” terang Ganjar.

Sementara itu, Plt. Bupati Kudus Hartopo yang mendampingi Ganjar mengatakan, tanggul sungai Piji memang sering mengalami kebocoran. Terkadang, sampai menggenangi jalan desa.

Pada kesempatan tersebut Hartopo meminta Dinas PUPR Jawa Tengah untuk segera menggelar normalisasi di Sungai Piji. Sebab, sungai yang melintasi Desa Kesambi, Kecamatan Mejobo, Kudus ini selalu menjadi penyebab banjir.

Permintaan itu disampaikan Plt Bupati Kudus HM Hartopo saat menemani kunjungan Ganjar Pranowo di posko pengungsian Balai Desa Kesambi, Jumat (21/02/2020).

Hartopo mengatakan, normalisasi Sungai Piji merupakan kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS). Sehingga ia meminta kepada Pemprov Jateng untuk segera melakukan normalisasi.

“Saya sampaikan kepada PUPR langsung itu memang melalui mekanisme perizinan. Dari BBWS pun harus izin. Ini kondisi harus segera dilakukan segera mungkin. Maka kami sampaikan pak Gubernur Jawa Tengah,” katanya.

Dijelaskannya, padahal Sungai Piji ini perlu untuk segera dilakukan normalisasi. Apalagi, kondisi tanggul sungai ini sudah mulai bocor. Jika dibiarkan begitu terus akan dikhawatirkan akan kembali jebol.

“Rembesan (di tanggul) ini sudah tua sekali, setiap ada air melimpas. Sudah bocor semua. Ini terkikis,” ujarnya.

Diperkirakan untuk melakukan normalisasi sungai itu dibutuhkan anggaran Rp 3 miliar. Dari Pemerintah Kabupaten Kudus pun akan berupaya untuk menganggarkan terkait hal itu.

Yakni dengan mengalihkan pos anggaran yang tidak prioritas untuk membenahi sungai ini.

Mendengar hal tersebut Ganjar Pranowo mengatakan, untuk melakukan normalisasi harus melibatkan semua unsur. Pihaknya juga akan memfasilitasi izin dari dari BBWS.

“Izin sekarang itu tidak ada yang sulit. Kita akan fasilitasi pemda untuk mengurus hal ini,” katanya.

Ganjar pun tidak hanya memikirkan untuk melakukan normalisasi sungai. Akan tetapi berpikir 5-10 tahun ke depan. Yakni dengan memperbaiki lingkungan dengan penanaman pohon.

“Kita bicara 5-10 tahun ke depan. Sudah bicara lingkungan rusak. Normalisasi saja ini tidak cukup. Harus ada gerakan tanam pohon,” tandasnya.

KOMENTAR SEDULUR ISK :

No More Posts Available.

No more pages to load.