Kudus, isknews.com – Dengan 322 ton sampah plastik setiap harinya, Indonesia merupakan penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia. Sebagian besar sampah plastik di Indonesia adalah sedotan.
Jumlahnya 93,2 juta unit per hari. Jika peluit berbaris, jaraknya bisa 10.000 mil (16.784 km). Ini sesuai dengan jarak dari Jakarta ke Mexico City. Pencemaran yang ditimbulkan oleh sampah plastik disebabkan oleh kurangnya masyarakat dalam membatasi penggunaan plastik sekali pakai.
Karena efek berbahaya dari sampah plastik, masyarakat harus menyadarinya dan berusaha untuk meminimalkan sampah plastik dan memulai gaya hidup yang berkelanjutan. Oleh karena itu mulailah dari hal kecil seperti mengganti sedotan plastik dengan sedotan ramah lingkungan.
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Muria Kudus (UMK) dengan anggota (1) Nafisa Junita Kurniawati, (2) Isnani Khalimatus Sa’diyah, (3) Dwi Putri Khabibatur Rohmah, (4) Sabrina Ratih Kusumaningrum, telah berhasil membuat sebuah inovasi yang bernilai dalam upaya mengurangi penumpukan sampah plastik di masyarakat terutama di daerah Kudus.
Di bawah bimbingan Ibu Siti Masfuah M. Pd dalam Mata Kuliah Riset Dasar IPA, mahasiswa-mahasiswa tersebut telah menghasilkan sebuah mini riset yang bertemakan “Inovasi Sedotan Dari Tepung Beras sebagai alternatif Penggunaan Sedotan Plastik”, yang bertujuan untuk memanfaatkan bahan alam yang ramah lingkungan dalam meminimalisir penggunaan limbah plastik sedotan yang berlebihan.
Dalam mini riset ini, mahasiswa PGSD UMK menyajikan sebuah proses sederhana dalam
pembuatan sedotan dari tepung beras dan tapioka .
Langkah pertama yang dilakukan adalah Membuat adonan tepung beras 62% dan tepung tapioka 38% dan air 40% kemudian
aduk adonan tersebut sampai kekentalan sempurna.
Setelah itu berikan pewarna hijau sedikit untuk memberikan kesan menarik pada sedotan. Kemudian masak adonan tersebut dengan api yang kecil aduk terus hingga ulen. Setelah adonan matang diamkan sebentar supaya tidak panas.
Kemudian cetak adonan ke wadah sedotan. Dan kemudian jemur adonan dan biarkan selama 3 hari maka sedotan tepung beras jadi.
Sedotan tepung beras ini dapat bertahan selama 3-5 jam dalam minuman dingin dan 2-3
jam dalam minuman panas.
Sedotan ini tidak akan mempengaruhi rasa minuman yang ada dan jika sedotan ini tidak dimakan atau langsung dibuang maka hal itu tidak akan menimbulkan pencemaran lingkungan karena sedotan ini dapat berdaur ulang dengan sendirinya yang bersifat ramah lingkungan.
Pengembangan inovasi sedotan beras ini diterapkan kepada mahasiswa Universitas Muria Kudus yang membeli minuman di kantin. Hal itu bertujuan untuk menyadarkan kepada
mahasiswa lainya sebagai penerus generasi Z terhadap dampak negatif pencemaran lingkungan kedepannya dengan meminimalisir penggunaan sampah plastik dalam kehidupan sehari-hari.
“Sedotan ini ramah lingkungan, sedotan ini merupakan ide yang bagus sebagai pengganti
sedotan plastik yang memberikan dampak negatif bagi masyarakat seperti banjir kemarin.
Selain itu sedotan ini juga tidak ada rasa sama sekali yang tidak merubah rasa minuman
yang saya minum,” ungkap Ziyad salah satu Mahasiswa Universitas Muria Kudus.
Dengan menyelesaikan penelitian mini riset ini, mahasiswa tidak hanya mendapatkan pengalaman ilmiah, tetapi juga membawa manfaat nyata bagi masyarakat. Mereka berharap inisiatif mereka dapat dikembangkan lebih lanjut dan diterapkan secara luas untuk
membantu melestarikan lingkungan dan menciptakan masyarakat yang lebih berkelanjutan.