Masjid Madureksan Salah Satu Masjid Tertua Di Kudus, Yang Akan Tertutupi Oleh Rencana Bangunan Kios DI Areal Taman Wisata Menara

oleh -2,255 kali dibaca

KUDUS, isknews.com – Pembangunan taman yang menempati areal parkir wisata Masjid Menara Kudus, selain menyebabkan akan dipindahnya pangkalan angkutan umum yang semula melayani peziarah di tempat tersebut, juga menimbulkan permasalahan lain, yakni terisolirnya masjid yang ada di sebelah barat areal parkir tersebut. Masjid kuno yang dikenal dengan nama Masjid Madureksan itu, tidak lama lagi tidak akan bisa dilahat oleh masyarakat, karena tertutup oleh bangunan kios permanen di bagian barat taman.

Pantuan isknews.com, Senin (5/10), pembangunan taman hingga kini terus berlangsung, dan yang kini sedang dilaksanakan adalah pembangunan deretan kios permanen di bagian barat areal taman. Proses bangunan baru pada tahap mendirikan bangunan, belum sampai ke atapnya. Meskipun demikian, ketinggian bangunan kios itu sudah menuupi bangunan Masjid Madureksan di belakangnya, sehingga dapat dibayangkan, jika kios-kios itu sudah berdiri utuh dengan atapnya, bisa dimungkikan Masjid Madureksan itu akan hanya tampak mustokonya saja.

Bila hal itu sampai terjadi tentu saja sangat disayangkan, mengingat Masjid Madureksan adalah salah satu masjid tertua di Kabupaten Kudus. Menurut sejarahnya, Masjid Madureksan didirikan pada tahun 1520. Beberapa tahun lebih tua dari masjid menara. Dulunya Sebelum renovasi masjid terletak 20 m sebelah selatan dari bangunan sekarang.

Bagunan masjid berbentuk joglo dengan bagian depan memiliki posisi yang rendah. Hal ini bermakna filosofis bahwa orang yang masuk masjid haruslah menunduk atau memberi hormat pada orang yang sudah ada di dalam. Lebar pintu masuk 140cm X 120cm. Hanya ada satu ruang berukuran sekitar 8 X 8 m dengan 4 tiang penyangga. Di lokal masjid terdapat satu rumah kecil sebagai tempat takmir. Masjid ini terkesan sepi karena biasanya yang menggunakan masjid itu untuk sholat juga hanya para pedagang di sekitar masjid. Dari mereka pulalah pembiayaan untuk perawatan masjid diperoleh.

Berdasarkan cerita, dulunya masjid ini digunakan sebagai tempat bermusyawarah olehpara kyai termasuk Sunan Kudus dan Kyai Telingsing. Pada suatu saat terjadilah perdebatan yang sengit diantara para kyai tersebut. Akhirnya, kyai telingsing menjadi penengah dan mengatakan bahwa mereka harus bisa mengendalikan diri ketika berbicara. Dalam bahasa jawa berbicara adalah “padu” dan menjaga artinya “ngrekso”. Sehingga penggalan kata itu menjadi “madureksan”.(DM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :