May Day Di Kudus : Pengusaha Jangan Hanya Bayar Upah Buruh Dengan Standar Minimum

oleh -1,091 kali dibaca

Kudus, isknews.com – Ada beberapa Agenda yang akan di peringati oleh para aktifis buruh di Kudus, malam ini menjelang Hari Buruh Internasional yang  diperingati pada setiap tanggal 1 Mei, Koalisi Gerakan Save Buruh, pimpinan Achmad fikri, memperingatinya di halaman luar Gedung DPRD Kudus, jalan AKBP R. Agil Kusumadya Jati Kudus (30/4) Sabtu malam.

Sejumlah penyair yang tergabung dalam Kelompok Penyair Jawa Tengah ikut memeriahkan malam yang diberi tajuk “Kudus Besyair dan Bersholawat dalam Refleksi Hari Buruh Sedunia Kisah Buruh di Lereng Muria Bersama Para Penyair Indonesia”.

Para sastrawan itu, membacakan puisi yang bertema mengenai kondisi buruh yang ada dalam realitas kehidupan mereka. Selain itu, ada juga pentas musik yang dibawakan oleh kelompok musik balada dari Kota Jepara, Pati dan Semarang “bahkan dihadiri juga para penya’ir dari Menado, Padang dan Makasar” Jelas Achmad Fikri sang koordinator acara malam ini. Pentas yang di tampilkan secara Outdoor yang disaksikan oleh para pegiat buruh dan aktifis kesenian di Kudus ini berlangsung hikmad dan meriah karena juga dihadiri oleh masyarakat sekitar yang kebetulan lewat “malam mingguan” di keramaian tersebut.

Ditemui disela-sela acara, Achmad Fikri yang menggagas acara tersebut menyampaikan”Dimomen hari buruh ini kami mengharapkan bahwa pengusaha lebih menghormati hak-hak normatif buruh, juga pengusaha harus menghargai keringat buruh, janganlah upah buruh itu berdasarkan pada standard minimum,karena kehidupan buruh ini kebutuhan hidupnya tidak cukup dengan standar Upah Minimum,” jelas Fikri yang juga salah satu ketua Federasi di SPSI Kudus.

Disingging keterkaitan antara pentas puisi dan musik dengan hari buruh Fikri menjelaskan, “Puisi dan musik adalah media berkesenian yang bisa menyuarakan untuk apa saja, bisa untuk kepentingan politis namun juga bisa untuk menyuarakan Aspirasi suara buruh. Saya berharap pesan-pesan  puisi yang dibawakan oleh kawan-kawan dari para penya’ir Jawa Tengah ini paling tidak akan mampu merubah imej yang menempatkan buruh tidak hanya mesin pencetak uang bagi pengusaha dan itu perlu campur tangan dari pemerintah dan stake holder terkait”. Jelasnya.

Sementara itu Ngatmin Alimanda, mantan ketua Dewan Kesenian Kudus, yang ikut hadir dan memberikan kata sambutannya menyampaikan, “ Saya senang dengan paradigma buruh yang mengekspresikan ungkapan dan jeritan kehidupan sosialnya dengan cara berkesenian, karena tidak selamanya aksi unjuk rasa buruh selalu harus disampaikan dengan cara demo, meskipun itu lebih efektif namun memiliki resistensi tinggi bagi masyarakat di sekitarnya, nah malam ini para buruh menyampaikannya dengan cara berkesenian, dan itu juga bisa efektif dalam menggugah rasa simpati dari pihak-pihak yang menjadi target tujuan mereka berunjuk rasa.” kata Ngatmin yang malam itu juga ikut membacakan puisi karyanya. (YM)

 

KOMENTAR SEDULUR ISK :