Memasuki Lebaran Ketupat

oleh -1,203 kali dibaca

Kudus 21/07,Tradisi lebaran ketupat yang jatuh 7 hari atau satu Minggu setelah Idul Fitri merupakan tradisi yang dilaksanakan di kota Kudus,salah satunya.

Keberadaan lebaran ketupat yang dipisahkan dari lebaran Idul Fitri sudah ada sejak jaman Raden Mas Sahid, anggota Walisongo yang sohor dengan panggilan Sunan Kalijaga, lalu memperkenalkan dan memasukkan ketupat, simbol yang sebelumnya sudah dikenal masyarakat, dalam perayaan lebaran ketupat, perayaan yang dilaksanakan pada tanggal 8 Syawal atau sepekan setelah hari raya Idul Fitri dan enam hari berpuasa Syawal.

Tradisi lebaran ketupat, yang notabene berasal dari wilayah pesisir utara Jawa, tempat awal penyebaran Islam, tak kuat pengaruhnya di pedalaman. Hanya sejumlah wilayah pesisir utara yang hingga kini menganggap lebaran ketupat, biasa disebut “hari raya kecil”, sebagai lebaran sebenarnya seperti Kudus, Pati, dan Rembang. Secara esensial, tak ada yang membedakan antara lebaran ketupat dengan lebaran pada hari raya Idul Fitri. Keduanya punya makna yang sama.

Bagi sebagian masyarakat Jawa, bentuk ketupat (persegi) diartikan dengan kiblat papat limo pancer.
Rumitnya anyaman janur untuk membuat ketupat merupakan simbol dari kompleksitas masyarakat Jawa saat itu. Anyaman yang melekat satu sama lain merupakan anjuran bagi seseorang untuk melekatkan tali silaturahmi tanpa melihat perbedaan kelas sosial.

Untuk saat ini harga janur sudah mencapai Rp.3500 per sepuluh batang,sedangkan yang berupa selongsong ketupat mencapai Rp.4000 per sepuluh sedang selongsong Lepet dari janur dibandrol Rp.4000 per sepuluh selongsong.Untuk tali dari bambu perbuah seharga Rp.1000.
Harga di atas diperoleh dari pedagang di luar pasar Bitingan
( PKL) pedagang Tiban.

Oe

KOMENTAR SEDULUR ISK :