Kudus, isknews.com – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Kudus akan menggelar kegiatan “Dialog Publik Membaca Zaman” pada Sabtu, 31 Agustus 2024 di Sekretariat MUI Kabupaten Kudus, Masjid Agung Kudus.
Ketua MUI Kudus H. Ahmad Hamdani Hasanuddin menjelaskan, Acara ini bertujuan untuk memperkuat peran dan fungsi MUI dalam berkhidmat kepada umat, dengan fokus pada tema “Kepemimpinan Profetik Terapan untuk Kudus Masa Depan”.
Acara ini menghadirkan tiga narasumber utama, yaitu Prof. Dr. KH. Muslim A Kadir, M.A., Ketua Umum MUI Kabupaten Kudus KH. Ahmad Hamdani Hasanuddin, Lc., M.Ag., serta Dr. H. Nur Said, M.A., M.Ag.
Masing-masing pemateri membahas aspek-aspek penting terkait kepemimpinan dalam konteks modern dan lokal, khususnya di Kudus.
Dalam pemaparannya, Dr. Nur Said menyoroti krisis kepemimpinan yang seringkali disebabkan oleh keterasingan individu dari modal spiritual dan kultural yang ada di sekitar mereka.
Ia menegaskan bahwa Kota Kudus, yang dikenal sebagai kota para wali, memiliki model kepemimpinan unik yang disebut “Gusjigang Leadership”.
Model ini menggabungkan tiga nilai utama, yaitu “bagus laku” (kecerdasan spiritual), “pinter ngaji” (kecerdasan intelektual), dan “wasis dagang” (kecerdasan emosional). Menurutnya, nilai-nilai ini merupakan kelanjutan dari tradisi kepemimpinan yang diwariskan oleh Sunan Kudus.
Prof. Muslim A Kadir menambahkan, meskipun banyak gaya kepemimpinan yang bisa diadopsi, “Gusjigang Leadership” merupakan bagian dari pendekatan yang memerlukan “rukun qalbi” untuk bisa dijalankan secara totalitas.
Ia menekankan pentingnya “nata ati lan nata rasa” (menata hati dan menata rasa) sebagai bagian dari struktur tindakan keberagamaan yang harus selaras dengan niat dan esensi tindakan. Hal ini, menurutnya, merupakan kunci dalam mengarahkan pemimpin masa depan untuk membawa Kudus ke arah yang lebih baik.
Dr. Nur Said juga menegaskan bahwa untuk membangun Kudus di masa depan, diperlukan perpaduan antara spiritualitas, intelektualitas, dan enterpreneurship yang kuat. Ia menyarankan agar pembangunan fasilitas publik lebih memprioritaskan gedung olah rasa seperti perpustakaan yang megah dan pesantren keren, dibandingkan dengan gedung olahraga, dalam upaya membangun generasi yang lebih baik.
Dialog ini diharapkan menjadi wadah bagi para calon pemimpin dan masyarakat Kudus untuk memahami dan menerapkan kepemimpinan profetik dalam kehidupan sehari-hari, guna mewujudkan masa depan Kudus yang lebih cerah dan berkualitas. (AS/YM)