Novel Cita-Cita Titik Dua Petani, Pemberontakan Sistem Otoriter Pendidikan di Sekolah

oleh -1,044 kali dibaca
Suasana Peluncuran dan Bedah Novel Cita-Cita Titik Dua Petani Karya Kanti W Janis, Sabtu (04/02/2023)

Kudus, isknews.com – Penulis ‘Cita-Cita Titik Dua Petani’  Kanti W. Janis membedah karya novel terbarunya bersama pengamat budaya sekaligus pengelola sekolah alam Omah Dongeng Marwah Hasan Aoni Azis dan Ketua Komite Ekonomi Kreatif (KEK) Kudus Valerie Yudistira Pramudya di Sidji Coffee Bae, Kudus, Sabtu (04/02/2023).

Acara yang dihadiri budayawan, pelajar, mahasiswa hingga masyarakat di kabupaten Kudus ini sekaligus sebagai rangkaian tourshow peluncuran novelnya di 10 Kota.  Melalui novelnya, Kanti  ingin merubah stigma tentang cita cita petani yang tidak dilirik oleh masyarakat saat ini. Sedangkan profesi petani selama ini memiliki peran terhadap bangsa indonesia untuk suplai pangan.

Novelis yang juga advokad ini menuturkan, karya yang ditulisnya berawal dari kegelisahannya saat ini melihat generasi bangsa yang kurang melirik untuk menggeluti dunia pertanian.

“Sementara profesi petani merupakan pahlawan pangan di negara agraris, saat ini memiliki nasib yang memprihatinkan bahkan ada stigma profesi petani adalah miskin.” ungkapnya.

Ia mencontohkan bahwa pertanian tidak melulu soal beras ataupun pangan, namun pakain yang saat ini dikenakan merupakan bagian dari hasil pertanian.

Kanti menambahkan, novel Cita-Cita Titik Dua Petani ini sendiri mengisahkan sekelompok anak remaja, yang kemudian tumbuh bersama hingga dewasa. Dalam perjalanannya menjalin persahabatan tama, Randy dan Menik para siswa dari SMP Nusantara  di Yogyakarta.

“Randy yang ingin jadi komikus, menik ingin jadi bintang film, sementara tama ingin menjadi petani. Cita-cita yang tidak biasa itu menyatukan mereka, hingga tanpa terencana menjadikan mereka pendobrak sistem pendidikan otoriter yang tak hanya di sekolah, tapi sekaligus menghentak nilai usang dalam keluarga dan masyarakat,” terangnya.

Sementara itu Hasan Aoni Azis dalam ulasannya mengatakan, bahwa novel ini wajib dibaca di sekolah-sekolah. Novel ini secara tragis dibongkar dengan pemberontakan dalam dunia pendidikan oleh penulisnya melalui karakter Tama yang menjadi tokoh utama di sini.

“Penggambaran karakter seorang  guru yang merobek komik Randy yang dia bercita-cita menjadi seorang komikus.  Bahkan Randy merasa malu pada saat dalam bahasa Inggris guru Inggris meminta dia untuk menceritakan apa cita-citamu? lalu dia merasa menjadi penghianat saat ia merubah cita-citanya dengan mengatakan ingin menjadi seorang arsitek,” tutur Hasan.

Menurutnya, tindakan kriminalitas dari guru itu harusnya bisa dipidanakan karena ternyata dengan sikap kriminalitas yang dilakukan oleh karakter Pak Andi sebagai guru di buku ini membuat kemudian ada berantai kriminalitas dan berantai persekusi berikutnya.

“Dampak dari kemarahan guru kemudian para siswa ikut dihukum yakni harus meresume pelajaran dari halaman 30 sampai 50 sehingga memicu pembulian atas diri Randy,” ungkap Hasan Aoni.

Hasan mencatat terdapat 9 profil dari sosok tokoh utama Tama dibuku ini yakni jenaka, iseng, pintar sangat gaul, dewasa , sederhana , berani dia bertanggung jawab, memiliki pengetahuan luas tidak sekedar di bidang yang di sukai, cuek menjadi inspirator inspirator dari teman-temannya dan  dia pemersatu.

“Jadi ini profile yang dimunculkan oleh Mbak Kanti bawa seperti ini harusnya anak-anak muda Indonesia. Berani melakukan pemberontakan yang oleh penulisnya disebut sebagai pemberontakan sepatu bolong,” ujarnya. (YM/YM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :