Paha Ayam dan Doa Bersama: Makna di Balik Tradisi Sewu Sempol

oleh -1,334 kali dibaca
oleh
Tradisi Sewu Sempol di Dukuh Masin, Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Kamis (20/02/2025).(Foto: YM)

Kudus, isknews.com – Tradisi Sewu Sempol kembali digelar di Dukuh Masin, Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Kamis (20/02/2025).

Acara yang dihadiri ratusan warga ini merupakan bagian dari ritual sedekah kubur yang telah diwariskan turun-temurun.

Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur dan doa bersama menjelang bulan suci Ramadan.

Kepala Desa Kandangmas, Shofwan, menjelaskan bahwa Sewu Sempol berasal dari kebiasaan warga yang membawa ingkong (ayam utuh yang telah dimasak) ke acara doa bersama.

“Dulu jumlahnya sedikit, tetapi lama-kelamaan semakin banyak hingga mencapai ribuan. Dari situlah muncul istilah Sewu Sempol, karena bagian paha ayam (sempol) yang dikumpulkan sangat banyak,” ujarnya.

Ritual utama dalam Sewu Sempol adalah doa bersama yang dipanjatkan di Makam Raden Ayu Dwi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku, tokoh leluhur di wilayah tersebut. Warga secara khidmat berkumpul untuk mengirim doa kepada para ahli kubur, terutama kepada tokoh-tokoh yang berjasa bagi Desa Kandangmas.

Selain menjadi tradisi keagamaan, Sewu Sempol juga mempererat tali silaturahmi antarwarga. Masyarakat, baik yang masih tinggal di Kandangmas maupun yang sudah merantau, tetap menyempatkan diri untuk pulang dan mengikuti prosesi ini setiap tahunnya.

“Ini bukan hanya ritual keagamaan, tetapi juga ajang berkumpul bagi warga Kandangmas,” kata Shofwan.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kudus, Mutrikah, dalam keterangannya mengapresiasi pelestarian tradisi ini.

“Sewu Sempol bukan sekadar tradisi, tetapi juga bagian dari identitas budaya masyarakat Kudus. Kami berharap masyarakat terus menjaga dan melestarikannya agar tetap lestari hingga generasi mendatang,” tuturnya.

Acara Sewu Sempol selalu diselenggarakan pada hari Kamis terakhir bulan Ruah atau Sya’ban dalam kalender Hijriah, sebagai bentuk persiapan spiritual menjelang Ramadan. Setelah doa bersama, ingkong yang telah dibawa warga kemudian dibagikan kembali sebagai simbol berbagi berkah.

Tradisi ini menjadi daya tarik tersendiri, tidak hanya bagi masyarakat lokal tetapi juga bagi pendatang dari luar daerah.

“Kami mendengar tentang Sewu Sempol dari keluarga yang tinggal di sini, jadi kami datang untuk ikut merasakan atmosfernya,” ujar Ernawati salah seorang pengunjung yang datang dari pecangaan, Jepara.

Dengan keberlangsungannya yang tetap lestari hingga kini, Sewu Sempol menjadi salah satu tradisi unik di Kabupaten Kudus yang menggambarkan kekayaan budaya dan kebersamaan masyarakat dalam menyambut bulan suci Ramadan. (YM/YM).

KOMENTAR SEDULUR ISK :
oleh